Semarang (ANTARA News) - Penulis dan pembicara gerakan program cipta teladan negeri tanpa utang, Cipto Junaedy mengingatkan keinginan cepat kaya bisa diraih, tetapi harus dengan strategi.
"Ini (ingin cepat kaya, red.) bisa negatif kalau tidak ada usaha belajar," katanya, di sela peluncuran dua buku terbarunya yang berjudul "Strategi B25" dan "Lecutan 101" di Semarang, Jumat.
Dua buku terbaru karyanya yang diterbitkan Gramedia itu bagian dari pentalogi yang sama-sama mengajarkan untuk tidak berutang, beserta strategi untuk mendapatkan properti tanpa uang dan utang.
Dengan buku dan seminar, Cipto membagikan strategi yang diciptakannya kepada masyarakat, baik di dalam dan luar negeri sehingga beberapa buku karyanya kemudian menjadi "best seller".
Di antaranya, "Strategi Membeli Banyak Properti Tanpa Utang, Tanpa KPR, Nggak Perlu Nunggu Harga Miring" tahun 2009 dan "Strategi Membeli Bisnis dan Franchise Tanpa Uang Tanpa Utang" tahun 2011.
Menanggapi banyaknya orang yang terjerumus karena keinginan cepat kaya secara instan, Cipto mengatakan instan atau tidaknya bergantung dengan usaha belajar untuk meraih apa yang diinginkan.
"Selama ini banyak orang bilang, mana ada yang instan? Kalau dia (orang, red.) mau belajar maka bisa lebih instan. Kalau orang ngawur ayo cepat kaya, itu negatif kalau tidak ada pembelajaran," katanya.
Ia menganalogikan pembalap sepeda motor, seperti Valentino Rossi yang bisa lebih cepat mengendarai motornya daripada pembalap-pembalap lainnya sehingga kemudian menganggapnya terlalu cepat.
"Apa kata Valentino Rossi sebagai pembalap motor? Selama ini bukan saya yang terlalu cepat, tetapi kalian yang terlalu lambat. Kenapa Rossi bisa cepat? Karena sudah tahu caranya," katanya.
Sebagaimana strategi-strategi yang diberikannya melalui buku-buku yang ditulisnya tersebut, lanjut dia, merupakan sebuah pembelajaran yang sudah dilakukannya sejak delapan tahun lalu.
Cipto menjelaskan selama ini fokus untuk mengajarkan kepada orang-orang yang mau belajar properti tanpa uang dan tanpa utang, membimbing, dan langsung mempraktikkan strategi tersebut.
"Kenapa (judul bukunya, red.) dinamakan B25? Karena ada B24, B23, dan sebagainya. Jadi, ini adalah salah satu strategi. Di buku saya ini, diurai bagaimana strateginya," katanya.
Di buku pertamanya, Cipto mengurai lima strategi, buku kedua dan ketiganya menampilkan tiga strategi, dan satu strategi di buku terbarunya sehingga ada 13 strategi yang sudah dibagikannya.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016