Dili (ANTARA News) - Perdana Menteri Timor Timur Jose Ramos-Horta dan mantan gerilyawan, Francisco "Lu-Olo" Guterres, akan bersaing dalam putaran kedua pemilihan presiden negara itu, demikian hasil akhir penghitungan suara hari Rabu. Francisco "Lu-Olo" Guterres dari partai berkuasa Fretilin memimpin suara itu, sedangkan penerima Nobel Perdamaian Ramos-Horta di tempat kedua dalam persaingan ketat pemilihan tanggal 9 April tersebut, kata Komisi Pemilihan Nasional (CNE). Karena tak ada calon mendapatkan 50 persen suara dalam pemilihan pertama presiden negara itu sejak merdeka pada 2002, dua calon teratas harus bersaing di babak kedua pada 8 Mei. Kehadiran pemilih tinggi dan rakyat Timor mengharapkan kebuntuan pemilihan itu tidak menjatuhkan negara miskin tersebut ke kekacauan lebih dalam dan pertumpahan darah. Penjaga perdamaian asing berada di jalan hampir setahun setelah kekerasan komplotan menewaskan 37 orang dan mengusir 150.000 lebih dari rumah mereka. Kebingungan dan ketidakteraturan hitungan tersebut mengancam kewibawaannya, dan memicu beberapa calon menuntut penghitungan ulang. Angka terahir memperlihatkan Guterres meraih 27.89 persen atau 112.666 suara, sedangkan Ramos-Horta mendapat 21.81 persen atau 88.102 suara. Ketua partai lawan Demokrat "Fernando Lasama" de Araujo berada di tempat ketiga dengan 19.18 persen atau 77.459 suara. Hasil itu ahir menantikan jeda 24 jam bagi calon untuk banding, kata Ketua CNE Faustino Cardoso kepada wartawan, sepertri diberitakan AFP. "Kami memberi 24 jam kepada warga untuk mengajukan perkara mereka ke pengadilan banding. Jika tidak ada keberatan sesudah masa itu, CNE akan menguji hasil tersebut ke pengadilan banding," kata Cardoso, dengan menambahkan bahwa kesertaan pemilih 81.79 persen. Secara keseluruhan terdapat 403.941 suara sahih atau 94.56 persen dari suara masuk. Suara abstain 7.723 atau 1.81 persen dan jumlah suara cacat 15.534 atau 3.64 persen. Delapan calon bersaing untuk mengganti Xanana Gusmao, mantan pemimpin gerilya berkarisma, yang ingin menjadi perdana menteri negara itu, kedudukan lebih kuat daripada tugas sangat seremonial presiden. Pemilihan presiden tersebut dinilai sebagai percobaan atas pemilihan umum 30 Juni itu. Presiden Timor Timur Xanana Gusmao menyatakan negara rusuh itu dijadwalkan mengadakan pemilihan anggota parlemen pada 30 Juni, sesudah penggantinya terpilih dalam pemungutan suara putaran kedua. Xanana memilih tidak ikut untuk dipilih kembali dalam pemilihan presiden 9 April di negara miskin tersebut, yang akan diputuskan dalam putaran kedua pada 8 Mei sesudah pesertanya gagal meraih suara besar. Gusmao bermaksud bergabung dengan partai baru, Kongres Nasional Pembangunan Kembali Timor, untuk ikut pemilihan umum Juni tersebut. Ia menghadapi rintangan hebat di partai berkuasa Timor Timur Fretilin pimpinan Lu-Olo. Pengamat menyatakan pemilihan umum itu pada umumnya berlangsung terbuka, tertata dan damai setelah ada kekuatiran bahwa pemilihan presiden di bekas jajahan Portugal itu akan rusuh.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007