Resolusi yang disusun oleh Inggris disahkan dengan dukungan 10 suara yang mendukung dari dewan beranggotakan 15 negara tersebut, tapi lima negara abstain setelah tuntutan China untuk mengakhiri sanksi ditolak.
China, Rusia, Angola, Mesir dan Venezuela abstain dalam pemungutan suara itu, menunjuk sebuah laporan pengawas sanksi yang menyatakan bahwa tidak ada bukti bahwa Eritrea mendukung militan Shabaab di Somalia.
Resolusi itu sebaliknya menyatakan bahwa dewan akan "meninjau kembali kebijakan terhadap Eritrea" setelah laporan selanjutnya dari para pengawas sanksi diserahkan pada April.
"Dewan Keamanan PBB sekali lagi melakukan ketidakadilan besar terhadap rakyat Eritrea dengan memperpanjang sanksi yang tidak adil," kata kuasa usaha Eritrea, Amanuel Giorgio.
Menyebut sanksi itu "tidak wajar, tidak adil dan kontraproduktif", Giorgio mengatakan negaranya tidak mendukung kelompok Al Shabaab yang berkaitan dengan Al Qaeda dan sudah mengambil berbagai langkah untuk memperbaiki hubungan dengan Djibouti dengan pembebasan tahanan.
Eritrea dan Djibouti sempat terlibat perang perbatasan singkat pada 2008.
Dewan Keamanan pada 2009 memberlakukan embargo senjata dan menargetkan sanksi terhadap Eritrea dengan dugaan mendukung militan Shabaab, memperdalam isolasi internasional negara Tanduk Afrika itu.
Para pengawas sanksi, yang tidak diizinkan berada di Eritrea sejak 2011, memaparkan laporan terbaru mereka kepada dewan tersebut bulan lalu.
Duta Besar Inggris Matthew Rycroft mengatakan resolusi sanksi "bisa jadi terlihat sangat berbeda" bagi Eritrea jika pemerintah sepakat mengizinkan pengawas sanksi masuk ke negara itu.
"Anggota dewan yang kecewa dengan kurangnya gerakan pada rezim sanksi ini seharusnya hanya melihat satu tempat, ke Eritrea," kata dia sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
Eritrea pisah dari Ethiopia tahun 1991 setelah tiga dekade perang kemerdekaan, yang menyaksikan para pemberontak Eritrea memerangi pasukan Ethiopia yang pertama didukung oleh Washington dan kemudian oleh Uni Soviet.(mr)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016