Pattani, Thailand (ANTARA News)- Para gerilyawan terus melakukan aksi kekerasan di wilayah Thailand paling selatan, Rabu dinihari dengan serangkaian ledakan dan serangan-serangan, menewaskan paling tidak dua warga Buddha, satu diantaranya dipenggal kepalanya. Di distrik Sisakorn, provinsi Narathiwat, selatan Bangkok, para penyerang yang tidak dikenal menembak mati dua pekerja pembangunan jalan pukul 04:00 waktu setempat Rabu ketika mereka sedang tidur di tempat penampungan dan kemudian membunuh seorang dari mereka bernama "Duk" kata komandan polisi Narathiwat, Mayjen Tongyudh Charoenwanit. Duk yang diperkirakan berusia 45 tahun dipenggal kepalanya di daerah paling selatan Thailand yang terdiri atas provinsi-provinsi Narathiwat, Pattani dan Yala sejak perjuangan untuk memisahkan diri warga Muslim meningkat pada Januari 2004, ketika para gerilyawan Muslim menyerbu satu depot senjata tentara dan mencuri 300 senjata tempur. Pada tiga tahun empat bulan belakangan ini sekitar 2.100 orang tewas akibat bentrokan senjata, tindak kekerasan, saling bunuh, pemenggalan kepala dan pembakaran. Tiga bom secara serentak meledak di tiang-tiang listrik di Tak Bai, Narathiwat pukul 05:00 waktu setempat Rabu yang menyebabkan putusnya aliran listrik di distrik itu. Tak Bai terkenal lokasi aksi keras pemerintah terhadap para pemrotes dari warga Muslim 24 Oktober 2004 yang menewaskan 84 orang, 78 dari mereka akibat lemas setelah diikat dan ditumpukkan dalam truk-truk militer. Bom keempat meledak tidak lama setelah itu di Tak Bai ketika Deputi Kepala Polisi Narathiwat Kolonel Noppodoi Pueksopol memeriksa lokasi itu. Noppodoi luka parah akibat ledakan itu, kakinya putus, kata Yongyudh. Dua buah bom lainnya menghancurkan tiang-tiang listrik di kota Pattani pada saat yang hampir sama, yang menyebabkan ibukota itu gelap gulita subuh itu. Serangan-serangan itu terjadi pada saat ketika pemerintah Thailand, yang dipimpin PM Surayud Chulanont mendapat tekanan yang meningkat untuk melakukan tindakan keras terhadap aksi gerilyawan di selatan itu. Serangan-serangan terhadap warga Buddha yang tinggal jauh di dalam wilayah Selatan meningkat dalam bulan-bulan belakangan ini kendatipun usaha-usaha Surayud untuk pendekatan yang lebih damai untuk mengatasi konflik itu ketimbang orang yang digantikannya, Thaksin Shinawatra, yang disingkirkan oleh kudeta militer 19 September. Lebih dari 80 persen dari dua juta orang yang tinggal di wilayah paling selatan Thailand itu adalah etnik Melayu yang beragama Islam dan memiliki hubungan budaya yang lebih dekat degan Malaysia ketimbang dengan kerajaan Thailand yang berpenduduk mayoritas beragama Buddha itu. Wilayah itu dulunya adalah satu kesultanan Muslim yang independen yang dikenal sebagai Pattani selama ratusan tahun sebelum ditakluk Bangkok tahun 1786. Provinsi-provinsi perbatasan itu berada dalam kekuasaan langsung birokrasi Thailand tahun 1902. Perjuangan separatis timbul di wilayah itu lima sampai enam dasawarsa, yang dipicu oleh kurangnya perhatian Thailand atas agama dan budaya penduduk daerah itu, demikian DPA. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007