Magelang, 22 November 1954 (Antara) - Bukan sadja bekitjot di djaman Djepang, juga daging tikus--bukan dulu, tetapi sekarang - ternjata berfaedah untuk kesehatan, sekalipun melalui prosedure lain.
Sebab itu di kabupaten Magelang dan Temanggung kini oleh rakyat dilakukan "geropjokan" tikus dan sebuah perusahaan nasional di Magelang, dengan modal banjak, kabarnja bersedia membeli daging tikus rebus jang sudah dikeringkan, Rp 4,- sekilonja.
Pembunuhan tikus setjara besar-besaran telah dilakukan di kabupaten Magelang dengan menggunakan fosfor, sehingga 50.000 ekor binasa, sedang di kabupaten Temanggung bahkan 1.k. 600.000 ekor. Pemberantasan ini terutama sebab tikus itu binatang perusak tanaman.
Kini dokter hewan Kadu B. Napitupulu terangkan, bahwa daging tikus rebus jang sudah dikeringkan besar faedahnja sebagai makanan. Bukan makanan manusia, tetapi makanan ajam jang mendapat makanan daging tikus ini, menurut penjelidikan, badannja mendjadi gemuk.
Daripada ribuan tikus jang telah dibunuh itu dibuang, menurut Dr Napitupulu lebih baik dikasihkan ajam, sesudah dimasak. Dan bagi perusahaan nasional tersebut di atas, daging tikus rebus adalah lapangan usaha jang baru dan berfaedah.
Sajang, hasil geropdjokan di Magelang dan Temanggung itu telah dibuang, karena ketika itu rakjat belum tahu. Dengan ini telah dibuang uang Rp 200.000,-.
Sumber: Pusat Data dan Riset ANTARA //pdra.antaranews.com/Twitter: @perpusANTARA
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016