Singapura (ANTARA News) - Bajak laut dan perampokan bersenjata terhadap kapal-kapal di Asia Tenggara telah turun ke titik terendah dalam lima tahun, tulis suatu laporan yang diketahui pada Selasa. Data itu menunjukkan jumlah keseluruhan serangan di kawasan tersebut dalam kecenderungan menurun, ungkap penelitian "Nanyang Technological University", Singapura. Ada 12 perampokan bersenjata dan pembajakan yang dilaporkan pada triwulan pertama 2007, terdiri dari 10 penyerangan serta dua percobaan penyerbuan. "Angka ini selanjutnya menimbulkan perkiraan bahwa secara keseluruhan, jumlah serangan di kawasan itu cenderung menurun," tulis laporan itu. Laporan itu menyebut jumlah insiden pada triwulan tersebut adalah yang terendah dalam lima tahun terakhir. Pencurian dan perampokan kebanyakan dilakukan saat kapal membuang sauh. Lebih dari separuh serangan pada periode tersebut dilakukan terhadap kapal tanker dan kebanyakan terjadi di perairan Indonesia, termasuk di sekitar terminal ekspor minyak Balongan, tulis laporan itu. "Pelabuhan-pelabuhan dan wilayah buang sauh di Indonesia tetap menjadi titik di mana sering terjadi perampokan bersenjata dan pembajakan," katanya. Serangan-serangan itu dilakukan dalam "operasi skala kecil" namun "kemungkinan makin tidak pandang bulu ketika memilih sasaran-sasaran yang menjanjikan," tambah. Terdapat laporan tiga kasus pembajakan dan perampokan bersenjata di sepanjang Selat Malaka selama triwulan tersebut dan semuanya di wilayah Indonesia. Malaysia dan Singapura juga berbatasan dengan Selat Malaka yang merupakan salah satu jalan pelayaran paling ramai di dunia. Terdapat dua kasus di mana bajak laut naik ke kapal sebelum matahari tenggelam, sehingga mengingatkan "pentingnya mempertahankan langkah-langkah pengamanan tanpa pandang waktu dan tempat," tulis laporan itu. Para pejabat Singapura telah menyuarakan kekhawatiran bahwa kaum militan dapat berhubungan dengan bajak laut untuk meledakkan kapal sehingga Selat Malaka macet dan perdagangan global lumpuh. Separuh pengapalan minyak dunia melewati selat yang menghubungkan Samudera India dengan Laut China Selatan itu. Pada Senin, para petinggi militer dari Amerika Serikat (AS) dan Malaysia, memuji peningkatan keamanan di selat tersebut menyusul aktifnya patroli keamanan pada tahun-tahun terakhir. Panglima Komando Pasifik angkatan bersenjata AS, Laksamana Timothy J. Keating, saat kunjungan ke Malaysia mengatakan, saling tukar informasi untuk menjaga jalur laut itu kini telah membaik, demikian AFP. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007