New York (ANTARA News) - Pengamat politik dari Cato Institute (organisasi pemikir atau peneliti kebijakan publik Amerika Serikat), David Boaz, mengatakan presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, kemungkinan tidak akan terlalu buruk ketika menjalani tugas sebagai seorang presiden.

"Kita tidak bisa percaya bahwa jika dia menjadi presiden nanti, dia akan bersikap seburuk seperti apa yang dia katakan, karena tidak ada seorang pun yang bisa menjadi seburuk itu," kata Boaz saat dihubungi di New York, Kamis.

Namun, Boaz mengakui ada beberapa sifat dan karakter Trump yang tidak baik yang membuat dia menjadi pribadi yang tidak disukai oleh banyak orang.

"Yang tidak disukai dari Trump, dia cenderung otoriter, tidak menghormati konstitusi, dan tampaknya tidak mengindahkan batasan kuasa seorang presiden," ujar dia.


Amerika Serikat dilanda gelombang demonstrasi kurang dari 24 jam setelah pengumuman hitung cepat Pemilu Amerika Serikat 2016, yang menempatkan Trump unggul dari Hillary Clinton.


Banyak yang menilai inilah Pemilu paling berdarah-darah, brutal, hingga memecah-belah Amerika Serikat, juga sarat dengan caci-maki dan bongkar-membongkar keburukan masing-masing kontestan. Trump juga tidak pernah memiliki pengalaman secuilpun sebagai pelayan publik di birokrasi.

Akan tetapi, Boaz berpendapat sifat-sifat buruk itu akan berkurang dan dibatasi ketika Trump benar-benar sudah menjabat dan menjalani tugas sebagai presiden Amerika Serikat. Trump, pada pidato kemenangannya juga mengejutkan orang, dia tampil sangat santung dalam pemilihan kata-kata yang sangat terjaga dan terpilih.


Dia berjanji akan menjadi presiden bagi seluruh rakyat Amerika Serikat, bukan cuma untuk yang memilih dia. Media sosial di Amerika Serikat juga tidak menjadi "ajang pertempuran" antara pendukung dia dan Clinton.

Menurut Boaz, Trump dengan sendirinya harus dapat menyesuaikan diri dan berusaha untuk bersikap lebih baik layaknya seorang presiden.

Terkait kebijakan-kebijakan kontroversial yang Trump sampaikan selama masa kampanye pemilihan presiden, Boaz menilai tidak semua pemikiran kebijakan itu akan benar-benar dilaksanakan Trump ketika sudah menjabat sebagai presiden.

Sehubungan dengan kemampuan Trump untuk membuat kebijakan yang baik, pengamat politik Cato Institute itu tidak khawatir karena dia yakin Trump tentu akan mendapat bantuan dari para menterinya.

"Misalnya, Trump selama ini sangat tidak konsisten ketika dia berbicara tentang kebijakan luar negeri AS, namun tentu dia nanti akan mendapat bantuan dan masukan dari para sekretarisnya untuk membuat keputusan dan kebijakan yang diperlukan," jelas dia.

Sebelumnya, Trump menang dalam pemilihan presiden AS dengan perolehan suara elektoral (electoral votes) jauh di atas lawannya Hillary Clinton - kandidat presiden dari Partai Demokrat.

Hillary unggul dalam perolehan suara rakyat (popular votes) dalam hasil akhir penghitungan suara pada Rabu pagi.

Akan tetapi, pemilihan presiden di Amerika Serikat ditentukan bukan oleh popular votes melainkan electoral college votes. Sistem Pemilu yang lebih rumit ketimbang umum berlaku di banyak negara --bahkan negara federal sekalipun-- merupakan kompromi berbagai sistem dan cara yang diajukan pada masa awal-awal Amerika Serikat berdiri.

Namun demikian, Clinton dalam pidato konsesinya (pidato pengakuan) mengajak semua pihak menerima hasil pemilu dan mendukung presiden Amerika Serikat yang baru terpilih, Trump.

"Semalam saya mengucapkan selamat kepada Donald Trump. Saya berharap semoga dia menjadi presiden yang baik. Kita harus menerima hasil (pemilu) ini dan menatap ke masa depan," ujar Clinton, yang pernah menjadi menteri luar negeri Amerika Serikat dan juga ibu negara Amerika Serikat.

Pewarta: Yuni Arisandy
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016