Mexico City (ANTARA News) - Setelah kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS pada Selasa (8/11), reaksi mengalir dari seluruh Amerika Latin.

Pemerintah baru sayap-kanan seperti yang ada di Peru bereaksi dengan optimisme hati-hati sedangkan musuh lama Amerika seperti Venezuela berharap bagi masa depan baru.

Pada Rabu (9/11), pemerintah Venezuela mengucapkan selamat kepada Trump, dan dalam pernyataan mengatakan bahwa Karakas mengharapkan masa depan dengan kesetaraan kedaulatan negara dan hak rakyat untuk memutuskan nasib sendiri ... dan hubungan bilateral diplomatik dan politik secara terhormat.

Karakas menambahkan Venezuela "merindukan" babak baru tempat "paradigma baru dapat ditetapkan buat wilayah kami, berdasarkan pengakuan ataas identitas budaya, sosial dan sejarah negara kami dan mengenai dihormatinya non-campur-tangan dalam urusan dalam negeri".

"Kami juga berharap AS mengetahui cara menghadapi tantangan besar ekonomi, sosial dan politik yang dihadapi umat manusia. Untuk itu, tindakannya penting bagi perdamaian dan kestabilan global," kata Pemerintah Venezuela, sebagaimana dikutip Xinhua.


Di Bolivia, Presiden Evo Morales mengucapkan selamat kepada Trump dan menyampaikan harapan untuk bekerjasama dengan pemerintah baru melawan rasisme dan mendukung "kedaulatan rakyat".

Morales menulis di akun Twitter bahwa ia "mengucapkan selamat atas kemenangan Donald Trump. Kami berharap bisa bekerja melawan rasisme, seksisme, anti-imigrasi (dan) bagi kedaulatan rakyat kami".

Bolivia dan AS telah memiliki hubungan dingin selama bertahun-tahun dan belum bisa menormalkan hubungan diplomatik sejak September 2008, ketika Evo Morales mendepak duta besar AS Phillpi Goldberg dan menuduh dia mencampuri urusan dalam negeri Venezuel.

Pada masa lalu, Morales juga telah menyatakan tidak masalah siapa yang menang dalam pemilihan presiden AS, sebab "pemilik usaha dan orang kaya yang memutuskan".

Pemerintah Ekuador memusatkan ucapan selamatnya kepada rakyat Amerika untuk pemilihan presiden dan anggota dewan legislatif, yang diselenggarakan pada Selasa. Namun, pernyataan dari Kementerian Urusan Luar Negeri juga menyampaikan harapan untuk bisa memlihara hubungan baik dengan presiden terpilih AS.

"Pemerintah Ekuador berharap bisa memlihara hubungan dengan landasan saling menghormati dengan pemerintah presiden terpilih," katanya.

Di Peru, Presiden Pedro Pablo Kuczynski mengeluarkan "tweet" singkat untuk mengucapkan selamat kepada Trump atas terpilihnya sebagai presiden baru AS. Namun Menteri Ekonomi dan Keuangan Alfredo Thorne menggelar jumpa pers dan menyakatan ekonomi negerinya tetap stabil.

"Pasar sangat khawatir ... karena hasil yang di luar dugaan. Mereka menunggu calon oposisi (Hillary Clinton) tapi penunjuk Peru sangat stabil dan kami memiliki semua perangkat untuk mengukuhkan harapan kami," katanya.

Di Kolombia Presiden Juan Manuel Santos menggunakan Twitter untuk mengatakan, "Kami merayakan semangat demokratis AS. Kami akan terus meningkatkan hubungan bilateral kami dengan Donald Trump."

Tapi pada September, Santos mengatakan kepada media asing bahwa kebijakan Trump "tidak sejalan dengan apa yang diinginkan Kolombia" dan Hillary Clinton telah menjadi "dukungan sangat besar" bagi perdamaian dengan FARC.

(Uu.C003)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016