Bandung (ANTARA News) - Pasca penutupan lokalisasi Saritem di Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Andir, Kota Bandung, berdampak besar terhadap mata pencaharian warga di sekitar kawasan itu. "Pasca penutupan ini, lokalisasi Saritem ini jangan dibiarkan begitu saja, Pemkot Bandung berkewajiban untuk melakukan penanganan lebih lanjut dampak sosial dan ekonomi warga sekitar," kata Anggota DPRD Kota Bandung dari Fraksi PBB, Mukhsin Al Fikri, di Bandung, Rabu. Ia menyebutkan, dari hasil audiensi dengan warga, sedikitnya 4.000 jiwa selama ini menggantungkan hidupnya dari aktifitas lokalisasi di sana mulai dari menjadi calo, pedagang makanan, minuman hingga kegiatan lainnya. Warga di sekitar lokalisasi yang ditutup itu, kata Mukhsin, membutuhkan bimbingan dan pelatihan untuk mendapatkan pekerjaan lainnya sehingga tidak lagi tergantung kepada aktifitas prostitusi di sana. "Mereka tidak terlibat langsung dalam prostitusi, selama ini mereka memanfaatkan dampak ekonomi dari keberadaan lokalisasi itu. Jelas mereka butuh bimbingan untuk mendapatkan mata pencaharian lainnya," kata Mukhsin. DPRD Kota Bandung, kata dia, akan mendorong Pemkot Bandung untuk menyalurkan anggaran untuk pembinaan dan pelatihan ekonomi warga di sana. Dana tersebut, menurut Mukhsin, akan diupayakan dalam perubahan anggaran APBD 2007 ini. "Untuk sementara Pemkot Bandung bisa menggunakan dana hibah," katanya. Ia mengakui, untuk mengubah ritme dan roda perekonomian masyarakat di suatu daerah, itu membutuhkan upaya dan waktu yang cukup lama. Sementara itu untuk menghindari beroperasinya kembali lokalisasi Saritem, Mukhsin meminta Pemkot Bandung melakukan pengawasan dalam sebulan hingga dua bulan ke depan untuk memastikan tidak ada PSK dan mucikari yang menjalankan usahanya lagi. Selain itu pengawasan dan penertiban PSK juga harus dilakukan di sudut-sudut Kota Bandung lainnya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007