Seharusnya para pelaku diserahkan ke Indonesia untuk diproses hukum."
Port Moresby (ANTARA News) - Sejumlah masalah keamanan di perbatasan RI-Papua Nugini (PNG) diangkat dalam pertemuan antarpejabat keamanan (joint sub-comittee on security matters - JSCM) yang berlangsung di Port Moresby, PNG, Rabu.
Pemimpin delegasi Indonesia Laksamana Pertama TNI Atok Susanto kepada Antara di Port Moresby mengatakan agenda yang dibahas itu adalah agenda lama yang belum tuntas dan agenda baru yang disampaikan delegasi RI.
Agenda lama yang diangkat kembali oleh delegasi Indonesia adalah verifikasi bersama yang sudah dilaksanakan di Torasi, kasus hilangnya lima nelayan Papua asal Merauke tahun 2014, diturunkannya bendera Merah Putih di Nyakyu, serta sejauhmana penanganan terhadap para pelaku penculikan.
Sedangkan masalah baru yang diungkap delegasi Indonesia di antaranya menyangkut 14 orang pelaku penculikan yang dilepas PNG walaupun senjata mereka sudah disita dan dimusnahkan.
"Seharusnya para pelaku diserahkan ke Indonesia untuk diproses hukum," kata Laksma Atok yang juga menjabat Pati Sahli Mabes TNI Bidang Hubungan Internasional di sela-sela pelaksanaan JSCSM yang berlangsung sehari.
Dikatakan, dalam pertemuan yang dihadiri sejumlah pejabat militer dari RI-PNG itu dibahas rencana penandatanganan kerja sama serta kegiatan olahraga bersama.
Delegasi Indonesia mengusulkan tahun 2017 dilaksanakan saling berkunjung anggota TNI dan tentara PNG (PNG DF) di level setingkat kodim.
Kegiatan itu bertujuan lebih meningkatkan hubungan antaranggota yang bertugas di perbatasan RI-PNG serta melakukan olahraga bersama di perbatasan, kata Laksma Atok Susanto.
Pewarta: Evarukdijati
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016