Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) memprediksi pelaksanaan Pemilu Presiden Amerika Serikat tidak akan berdampak signifikan pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Secara keseluruhan memang berdampak pada pasar keuangan global, tetapi dampaknya terhadap Indonesia relatif terjaga. Pasar keuangan kita, khususnya pasar valuta asing relatif stabil," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Jakarta, Rabu.
Meski kurs rupiah sempat melemah saat muncul skandal surat elektronik pribadi Hillary Clinton, namun rupiah kembali menguat setelah Biro Investigasi Federal (FBI) menyampaikan pernyataan bahwa tidak ada tuntutan pidana yang dapat dikenakan kepada calon presiden dari Demokrat itu.
Situasi serupa, menurut Perry, juga mungkin terjadi setelah Presiden AS terpilih, entah itu Clinton atau Trump.
"Ini suatu dinamika yang biasa dalam nilai tukar mata uang. Dalam jangka pendek, nilai tukar selalu merespons perkembangan berita maka akan naik atau turun. Tetapi secara keseluruhan pada akhirnya nilai tukar akan bergerak sesuai fundamentalnya," kata Perry.
Fundamental ekonomi Indonesia yang kuat ditunjukkan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan turunnya inflasi, akan menstabilkan kembali nilai tukar rupiah.
BI terus memantau perkembangan pasar global dan jika terjadi volatilitas atau fluktuasi tinggi, bank sentral akan berupaya untuk menstabilkan nilai tukar rupiah sesuai kondisi fundamental makro Tanah Air.
"Sejauh ini sebenarnya pasar sudah bisa menyesuaikan keseimbangan. Kami lihat ada fluktuasi tetapi saya kira ini jangka pendek," kata Perry.
Menurut Perry, Indonesia memiliki cadangan devisa besar yang tidak hanya cukup untuk menstabilkan nilai tukar rupiah tetapi juga mengantisipasi berbagai risiko antara lain pembalikan modal asing (capital reversal).
"Cadangan devisa kita lebih dari cukup dengan 115 miliar dolar AS atau 8,5 persen dari impor dan pembayaran utang luar negeri. Itu jauh mencukupi," ujarnya.
Hingga pukul 10.30 WIB, calon presiden AS Donald Trump dari Partai Republik mendominasi Pemilu 2016 dan memimpin baik dalam perolehan suara elektoral untuk pemilihan presiden maupun jumlah kursi untuk kongres.
Pewarta: Yashinta Difa
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016