Kedua guru besar yang mengurus gelar profesornya sejak akhir 2015 itu adalah Prof Dr Moch Dawam Maghfoer dan Prof Dr Mudji Santoso. Keduanya menjadi guru besar ke-225 dan ke-226 UB.
"Persiapan dan proses untuk menyandang gelar guru besar ini cukup panjang karena persyaratannya tidak mudah, mulai dari menyiapkan berkas, portofolio penelitian hingga menerbitkan jurnal internasional. Tahun lalu saya sudah mempersiapkannya, tapi ada kekurangan di jurnal internasional," ucapnya.
Ia mengemukakan untuk mempersiapkan semua berkas ia lakukan sejak Desember 2015. Pada Januari 2016 berkasnya dikirim ke Jakarta oleh universitas untuk diperiksa. "Selanjutnya saya dikabari sekitar September 2016. Saya dipanggil bahwa saya lulus sebagi guru besar," paparnya.
Menurut dia, tugas sebagai guru besar cukup berat. Salah satu tugas yang diemban guru besar adalah melakukan penelitian secara rutin, jika hal itu tidak dilakukan, tunjangan gelar guru besar akan dicabut Kemenristek Dikti. "Saya yakin bisa melewatinya, sebab melakukan penelitian itu tidak sulit jika bisa mau bekerja sama dengan instansi atau lembaga lain, bahkan dengan mahasiswa," urainya.
Sementara itu dalam pidato pengukuhannya, Prof Dawam membawakan pidato berjudul "Pemanfaatan Mikroba dalam Upaya Meningkatan Tanaman Sayuran". "Saya mengambil tema ini karena sesuai bidang yang saya geluti sehari-hari, yakni hortikultura," katanya.
Menurut Dawam, mikroba banyak bermanfaat untuk meningkatkan produksi tanaman sebagai pupuk hayati, terutama dalam pengembangan pertanian organik.
Sedangkan Prof Mudji Santosa dalam pidato pengukuhannya yang berjudul "Sistem Tumpang Sari Tanaman Hortikultura untuk Meningkatkan Pendapatan Petani Miskin di Desa" itu mengatakan sistem pertanian tumpang sari adalah menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan yang sama, khususnya untuk jenis tanaman hortikultura.
"Sistem ini sangat menguntungkan bagi petani, karena petani bisa mendapatkan hasil yang lebih besar ketimbang hanya menanam satu jenis tanaman saja. Selain itu, juga lebih hemat dalam penggunaan pupuk dan lahan," urainya.
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016