Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Selasa sore bergerak melemah sebesar 32 poin menjadi Rp13.087, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.055 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa dolar AS masih dalam arus penguatan terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah pasca konfirmasi Biro Investigasi Federal (FBI) yang menghilangkan tuduhan terhadap Hillary Clinton.
"Kondisi itu memicu optimisme pasar akan kemenangan Hillary Clinton yang nantinya akan membawa perekonomian Amerika Serikat ke arah yang lebih baik," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, apresiasi dolar AS juga dipicu oleh selera pasar yang meningkat terhadap dolar AS karena semakin dekatnya keputusan bank sentral AS (The Fed) yang berpotensi akan meningkatkan suku bunga AS pada bulan Desember 2016.
"Kondisi itu memicu permintaan aset safe haven seperti dolar AS kembali diminati pelaku pasar," katanya.
Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova menambahkan bahwa fluktuasi mata uang rupiah kembali didominasi oleh sentimen eksternal, terutama dari Amerika Serikat.
"Kendati demikian, nilai tukar domestik relatif masih stabil disebabkan sentimen dari dalam negeri juga masih memiliki sentimen positif," katanya.
Ia mengatakan bahwa ekonomi Indonesia yang masih mencatatkan pertumbuhan pada kuartal ketiga tahun ini di tengah ekonomi global yang bervariasi menandakan sejumlah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah cukup berjalan dengan baik.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.090.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016