Bandung (ANTARA News) - Buntut penutupan lokalisasi Saritem di Kalurahan Kebon Jeruk Kecamatan Andir Kota Bandung berimbas kepada tukang "kiridit" (bahasa Sunda - tukang kredit keliling- red) yang terancam rugi hingga ratusan juta rupiah akibat "kredit macet". "Saya hanya bisa pasrah saja. Para PSK yang meminjam uang dan barang ke saya semuanya pergi, sedangkan warga mungkin tak bisa bayar cicilan karena mata pencaharian mereka tidak ada lagi," kata Ny Wida (50) salah seorang "tukang kiridit" warga Saritem dengan nada pasrah, Rabu. Wanita bermake up tebal itu mengaku kehilangan `nasabahnya` dari kalangan PSK yang meminjam uang atau barang kepadanya. Ia menyebutkan kerugian yang ia tanggung apabila para PSK tidak lagi beroperasi di Saritem mencapai Rp350 juta. "Pinjaman mereka bervariasi mulai dari Rp1 juta hingga Rp10 juta. Uang itu untuk kebutuhan kost, ponsel, pakaian dan kebutuhan lainnya. Saya tidak bisa menagih mereka karena alamat daerah asalnya juga tidak tahu," kata Ny Wida yang mengaku sudah menjadi tukang kiridit di lokalisasi Saritem Bandung itu sejak tahun 1974. Setelah penutupan Saritem, ia mengaku bingung untuk bisa mendapatkan kembali uang yang ia pinjamkan kepada para PSK yang rata-rata berasal dari Cirebon, Indramayu, Jateng serta beberapa daerah lainnya. Sedangkan untuk warga di sekitar Saritem, kata Wida, kemungkinan juga akan `macet` karena tidak mempunyai mata pencaharian. "Tidak ada jaminan saat meminjam uang itu, kami sudah saling percaya, tapi bila Saritem ditutup seterusnya, uang saya akan hilang," kata wanita berpenampilan menor itu. Ia mengaku, kondisi seperti ini sempat terjadi beberapa tahun lalu. Waktu itu para PSK kabur ke daerah masing-masing ketika pemkot Bandung melakukan penertiban di lokalisasi itu. "Penertiban waktu lalu hanya sementara, mereka kembali lagi ke sini (Saritem), sehingga saya tak rugi. Yang sekarang saya tak tahu sampai kapan," katanya. Sementara itu para pedagang makanan di Saritem seperti Parman (30), Eruk (48), Dani (34) dan yang lainnya. Mereka mengaku hanya bisa pasrah karena tidak lagi mempunyai mata pencaharian setelah lokalisasi itu ditutup. "Sejak seminggu lalu pembeli sedikit, apalagi setelah ditutup seperti ini. Saya tak tahu dengan apa untuk menyekolahkan anak-anak dan makan sehari-hari," kata Eruk. Sementara itu beberapa orang warga di sana juga mengeluhkan nasib cicilan sepeda motornya yang belum lunas. Sadi (35) salah seorang warga di sana mengaku tiap malam ia berjualan makanan di sekitar Saritem dengan penghasilan sekitar Rp50.000 hingga Rp100.000 per malam. "Sekarang saya tak bisa lagi jualan, praktis tidak akan mampu membayar cicilan sepeda motor ini," katanya. Sementara itu penutupan lokalisasi Saritem dilakukan oleh jajaran Satpol PP Kota Bandung didukung aparat Polri dan TNI pada Rabu pukul 10.00 WIB. Sebanyak 73 bangunan dan rumah yang biasa dijadikan tempat praktik prostitusi disegel dan ditutup dengan alasan melanggar Perda No.11/ 2005 tentang Kebersihan, Keindahan dan Ketertiban (K3). (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007