Nagasaki (ANTARA News) - Walikota Nagasaki, Jepang, Itcho Ito, yang adalah pendukung penting denuklirisasi, Rabu pagi tewas setelah Selasa malam ditembak oleh seorang gangster dalam kampanye pemilihan umum di ibukota prefektur Nagasaki. Ito meninggal dalam usia 61 tahun. Sementara penembaknya, Tetsuya Shiroo, 59 tahun, ditangkap di tempat kejadian di depan Stasiun JR Nagasaki. Ito, yang bekerja keras untuk menghapuskan senjata nuklir dan membantu para korban bom atom, meninggal karena kehilangan banyak darah di Rumahsakit Umum dan Gigi Universitas Nagasaki pada pukul 02:28 waktu setempat, kata kepolisian prefektural seperti dilaporkan Kyodo. Belum diketahui apakah serangan itu bermotivasi politik atau dendam pribadi, karena penembak tersebut mengatakan bahwa dia dalam keadaan mendapat kesulitan dari kantor balaikota. Pendahulu Ito juga mengalami cedera serius karena ulah orang bersenjata pada tahun 1990. Menurut Kantor Umum Undang-undang Pemilu, seorang pengganti Ito bisa segera menggantikannya atau menunggu pencalonan dalam pemilihan walikota Ahad di kota tersebut sampai pukul 17:00 waktu setempat Kamis. Selama empat tahun sebagai walikota Nagasaki, Ito mendapat tantangan dari tiga orang kandidat, yakni dosen universitas Tomoko Maekawa, 59 tahun, ibu rumahtangga Etsuko Maekawa, 57 tahun, keduanya merupakan calon independen dan mantan anggota majelis kota, Seiichi Yamamoto, 71 tahun, dari Partai Komunis Jepang. Polisi menyerbu rumah Shiroo di Nagasaki Rabu pagi sehubungan dengan peristiwa pembunuhan itu. Seorang pejabat pimpinan kelompok penjahat Suishin-kai, yang mempunyai kaitan dengan sindikat organisasi kejahatan terbesar di Jepang, Yamaguchi-gumi, ditahan dengan tuduhan berusaha melakukan pembunuhan. Di rumahsakit, direktur rumahsakit tersebut, Katsumi Eguchi mengatakan dalam konferensi pers beberapa jam kemudian, bahwa `kami telah melakukan upaya terbaik, tetapi gagal karena banyak kehilangan darah, sehingga jantungnya berhenti.` Pada pukul 07:52 waktu setempat Selasa, Ito ditembak dua kali di punggungnya dari jarak kira-kira satu meter dari belakang, pada saat dia keluar dari kendaraan kampanyenya di depan kantornya di dekat Stasiun JR Nagasaki, kata polisi dan pejabat lainnya. Sebutir peluru menembus jantungnya dan pihak rumahsakit mengatakan, bahwa keadaannya gawat selama operasi empat jam yang dilakukan dalam upaya menyadarkannya. Pada Januari 1990 di kota itu, mantan walikota Hitoshi Motoshima juga ditembak dan mengalami cedera serius oleh ekstrimis sayap kanan, setelah dia menolak mengucapkan pidato yang kontroversial bahwa mendiang Kaisar Hirohito turut bertanggungjawab terhadap perang.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007