Canberra (ANTARA News) - Juru Bicara KBRI Canberra Dino R.Kusnadi mengatakan, pihaknya mengamati dengan seksama perkembangan kerja sama pertukaran pengungsi dan pencari suaka politik antara Australia dan Amerika Serikat (AS). "Kita mengamati dengan seksama perkembangan ini," katanya menjawab ANTARA News di Canberra, Rabu, sehubungan dengan adanya perjanjian kerja sama Australia dan AS yang memungkinkan kedua negara itu melakukan pertukaran hingga 200 orang pengungsi dan pencari suaka. Namun Dino enggan mengomentari lebih jauh kerja sama kedua negara itu. Sementara itu, Pemimpin Oposisi, Kevin Rudd, seperti dikutip ABC, mengomentari perjanjian kerja sama antara Pemerintah Australia dan AS itu sebagai "hal aneh." Di bawah perjanjian kerja sama yang ditandatangani para pejabat Imigrasi Australia itu, para pencari suaka yang ditahan di Nauru dapat dikirim ke AS dalam beberapa bulan mendatang, dan sebaliknya, Australia menerima para pengungsi Kuba yang telah ditahan di Teluk Guantanamo. Perdana Menteri John Howard mengatakan, program (pertukaran pengungsi dan pencari suaka -red) itu mengirimkan pesan kepada para penyelundup manusia bahwa para pejabat Australia tidak dapat diintimidasi. "Kami tidak akan membiarkan program pengungsi kemanusiaan kami yang sangat rendah hati didistorsi oleh para penyelundup manusia," katanya. Jurubicara Dewan Pengungsi Australia, John Gibson, mengatakan, Pemerintah Australia mencoba menyelamatkan mukanya dengan menyetujui program pertukaran pengungsi tersebut. Ia mengatakan, kebijakan tersebut memberikan pemerintah jalan mudah untuk menangani 82 orang pencari suaka asal Sri Lanka yang kini ditahan di Nauru. Dalam pandangan Gibson, Pemerintah Australia tidak harus mengirimkan kembali kelompok pencari suaka itu ke Indonesia karena hal itu melanggar kewajiban internasional dan langkah ini tetap dalam koridor aksi yang masih terkait dengan solusi Pasifik.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007