Prosesi pemasangan jembatan apung itu dilakukan sejak Minggu pagi hingga siang yang diawali dengan penarikan jembatan dari lokasi perakitan menuju titik pemasangan di Dusun Motean, Desa Ujungalang, Kecamatan Kampung Laut, melalui kawasan laguna Segara Anakan sejauh 11 kilometer dan menghabiskan waktu selama tiga jam.
Jembatan apung tersebut ditarik menggunakan lima perahu "compreng" di sisi kanan, kiri, depan, dan belakang serta dibantu dua perahu fiber milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap dan nelayan Kampung Laut untuk mengimbangi saat belok.
Penarikan jembatan apung yang akan menghubungkan Dusun Paniten dengan Dusun Lempongpucung, Desa Ujungalang, itu juga dikawal dua perahu karet milik TNI Angkatan Laut untuk melakukan patroli dan mendeteksi apabila terjadi kendala.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Jalan dan Jembatan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian PUPR Herry Vaza mengatakan jembatan apung itu merupakan pertama di Indonesia.
"Ini dapat menjadi model ke depan dalam kontruksi jembatan untuk daerah lain di Indonesia," katanya.
Kendati telah berada di Desa Ujungalang, jembatan apung yang perakitannya dilakukan PT Mumpuni dari Solo tersebut belum bisa digunakan untuk transportasi karena masih ada pengerjaan berikutnya, yakni pemasangan lantai jembatan dan fondasi.
Saat dihubungi dari Cilacap, Kepala Balitbang Kementerian PUPR Danis H. Sumadilaga mengatakan setelah jembatan apung di Kampung Laut, pihaknya akan membuat jembatan sejenis di daerah lain.
"Kami sedang buat model untuk di Muna, Buton, Sulawesi Tenggara," katanya.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga sedang membuat wahana atau rumah apung di Semarang.
Informasi yang dihimpun, jembatan apung yang dipasang di Desa Ujungalang, Kecamatan Kampung Laut, Cilacap, memiliki panjang 71 meter dan lebar 1,8 meter dengan ponton penyangga berukuran 8x4 meter.
Ponton merupakan pijakan jembatan yang terbuat dari beton khusus yang berongga di bagian tengahnya, sehingga memungkinkan benda itu terapung stabil di atas permukaan air dan bisa menjadi pijakan jembatan yang kokoh.
Ponton juga bersifat modular sehingga bisa dibongkar-pasang sesuai dengan kebutuhan.
Jembatan apung yang memiliki tinggi 5 meter dari permukaan air itu diyakini tidak akan mengganggu aktivitas nelayan karena mereka dapat melintas di bawah jembatan.
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016