Medan (ANTARA News) - Letkol (Purn) Toham Lumbantoruan, (67), ayah kandung Partahi Mamora Lumbantoruan yang menjadi korban bersama 32 orang lainnya di Virginia Tech, AS, Senin, menyesalkan lambannya aparat keamanan negara adidaya itu menghentikan aksi brutal yang dilakukan mahasiswa asal Korea Selatan. Seharusnya aksi Cho Seung-Hui, (23) pria berkebangsaan Korea Selatan yang belajar kesusasteraan Inggris di universitas itu bisa dihentikan, karena terdapat jarak sekitar dua jam antara lokasi kejadian penembakan di asrama kampus, ujar Lumbantoruan di rumah duka, Jalan Karsa, Sei Agul, Medan, Sumut, Selasa. Ia mengatakan bagaimana mungkin seorang penembak bisa melakukan aksi brutalnya dengan senjata laras panjang di asrama kampus jam 07.00 pagi waktu setempat yang menewaskan tiga orang dan jam 09.00 melanjutkan aksinya ke ruang kelas yang menewaskan puluhan orang. Menurut pensiunan Kodam I BB ini, jika saja aparat keamanan di AS sigap, maka kejadian itu tidak berlanjut sampai ke ruang kelas kampus yang menewaskan anaknya yang sedang belajar dan mengambil gelar doktor tehnik sipil di kampus itu. Kendati demikian, keluarga tidak akan menuntut pemerintah AS atas kejadian ini melainkan menerima musibah ini dengan lapang dada dan menganggap sebagai ujian dari Tuhan Yang Maha Esa, ujarnya. Mengenai jenazah anaknya, ia mengharapkan putranya itu bisa diterbangkan ke Jakarta untuk selanjutnya bisa dimakamkan di TPU Kristen, Menteng Pulo, Jakarta Selatan, sesuai kesepakatan keluarga. (*)
Copyright © ANTARA 2007