Jakarta (ANTARA News) - Icha serta puluhan rekannya sesama mahasiswi semester tiga jurusan ekonomi di salah satu perguruan tinggi kota Bogor pada Jumat (4/11) berangkat bersama dari Stasiun Bogor, menaiki KRL relasi Jakarta Kota sekitar pukul 9.00. WIB.


Pagi itu mereka berangkat untuk ikut demonstrasi di Istana Merdeka. Seragam mereka hanya pita hijau tua yang dibelit di kepala, demi tak terpisah dari rombongan.


"Ini (pita hijau) sama seperti jaket almamater di kampus, hijau. Biar kami tidak terpisah juga nanti. Kalau ada yang terpisah bisa mudah mencarinya," kata Icha.


Tiba di Stasiun Gondangdia, sebagian besar perempuan berhijab putih telah berkumpul. Mereka memulai jalan kaki menuju kawasan Merdeka Barat, sekitar tiga kilometer jauhnya.


Sekalipun rasa khawatir menghantui diri mereka, namun mereka yakin unjuk rasa kali itu berlangsung damai.


"Ya kekhawatiran memang ada, perempuan memang diimbau tidak ikut, khawatirnya ada penyusup yang memperkeruh suasana. Tapi kami niat dari hari mau aksi damai," tutur Fatimah, perempuan lainnya yang ikut unjuk rasa itu.


Fatimah sengaja mengambil cuti satu hari demi bisa berpartisipasi dalam aksi unjuk rasa.


Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar," lantunan takbir terus bergema sepanjang jalan, membuat pengguna jalan menoleh. "


"Bismillah, Insha Allah pemerintah mendengarkan kami," kata dia sembari berjalan kaki. Sesampainya di kawasan Jalan Merdeka Selatan, para perempuan lainnya telah menunggu.


Sebagian menunaikan shalat zuhur, sebagian lainnya menyantap makan siang di tepian jalan. Sekumpulan para penyedia logistik, membagikan makanan dan minuman.


"Insha Allah ini halalan toyyiban. Ini bu, pak, silahkan," seru mereka sembari berkeliling.

Tak lama berselang, para pria berpeci hitam membawa kantong hitam besar berjalan ke sana ke mari, mengumpulkan sampah yang tercecer di pinggiran jalan. Mereka berseru "afwan ukhti, akhi, sampahnya mohon dibuang di sini (menunjuk kantong besar hitam yang dibawanya). Jalan jangan sampai ada sampah," tutur mereka.


Persis di depan kantor Kementerian Pariwisata, para wanita berusia lanjut seakan tak ingin ketinggalan momen, Rahmiah (74) salah satunya.


Warga kawasan Jakarta Selatan itu bahkan mengaku rugi bila tak berpartisipasi dalam aksi kala itu.


"Insya Allah sehat, sampai selamat di Istana Merdeka," kata dia Rahmiah.


Selain Rahmiah, masih ada Nurdia Maria (67) asal Bekasi dan Muriyati (74), warga Jakarta Barat.


Para lansia bergerak perlahan. Sebagian mereka ditemani anak-anak mereka. Matahari saat tak itu tak begitu terik dan cenderung berawan. Rahmiah bergantian memeluk rekan-rekan satu pengajian yang dikenalnya.


"Assalamua'alaikum, Alhamdulillah bisa bertemu. Apa kabar? Insha Allah lancar ya hari ini," kata dia.


Kala lelah menanti, mereka beristirahat di tepian jalan sembari menyeka keringat. Tak ada yang memaksa mereka ikut aksi kali itu.


Taman kecil yang menjadi pembatas dua jalan tak mereka usik. Para pengunjuk rasa saling mengingatkan agar tak menginjak rumput.


"Berdemo boleh, tapi tidak injak-injak tanaman," tutur beberapa dari mereka.


Perlahan mereka menuju Istana diselingi optimistis, pemerintah mau mendengarkan permintaan mereka.


Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016