Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar uang Jakarta, Rabu pagi, menguat menjadi Rp9.080/9.082 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.087/9.091 atau naik tujuh poin. Pengamat Pasar Uang, Farial Anwar, di Jakarta, mengatakan kondisi ekonomi makro yang masih positif terhadap rupiah memicu mata uang lokal itu terus menguat hingga mendekati level Rp9.050 per dolar AS. Namun kenaikan rupiah harus diwaspadai karena dikhawatirkan akan menjadi bumerang. Rupiah cukup stabil apabila bisa berkisar di level Rp9.100 hingga Rp9.150 per dolar AS, katanya. Kenaikan rupiah, lanjutnya, juga dipantau Bank Indonesia (BI) yang pada saatnya nanti akan melakukan intervensi pasar agar rupiah tidak mendekati level Rp9.000 per dolar AS. Apabila rupiah bisa menembus level Rp9.000 per dolar AS, maka mata uang lokal itu diperkirakan akan terus menguat yang dikhawatirkan akan menimbulkan masalah bagi para eksportir, katanya. Faktor utama yang memicu rupiah, menurut dia, karena pasar saham regional terus membaik yang dipicu oleh menguatnya bursa Wall Street, akibatnya sejumlah indeks saham menguat seperti indeks Nikkei Jepang naik 0,7 persen, indeks Kospi, Korsel menguat 0,3 persen dan indeks SP/ASX 200 Australia melonjak 1,4 persen. Ditanya mengenai dolar AS, ia mengemukakan dolar AS tetap melemah terhadap euro setelah keluarnya data indeks harga konsumen AS yang menekan mata uang asing itu. Pasar saat ini fokus pada mata uang suatu negara yang memiliki tingkat suku bunga tinggi, seperti Euro dan dolar Australia, katanya. Dolar AS turun menjadi 118,82 dari sebelumnya 118,95, euro mencapai 161,25 yen dan euro 1,3575 dari 1,3570 dolar AS. Menurut dia, membaiknya rupiah saat ini menunjukkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia cukup baik, meski sektor riil masih belum bergerak, namun aktifnya perbankan menyalurkan kredit kepada masyarakat merupakan salah satu faktor yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Karena itu, pemerintah diharapkan akan bisa menggerakkan sektor riil dengan membelanjakan dana Anggaran Pendatapan Belanja Negara (APBN) ke sektor produktif, katanya. Kuatnya dukungan pasar, rupiah diperkirakan akan bisa menembus level Rp9.000 per dolar AS, meski untuk menuju ke sana agak berat, apalagi BI kurang menyukai pergerakan mata uang lokal itu naik lebih jauh. (*)

Copyright © ANTARA 2007