Jakarta (ANTARA News) - Perdana Menteri Timor Leste, Selasa, menyatakan menghentikan perburuan atas pemimpin pemberontak, yang dituduh menggerakkan kerusuhan tahun lalu untuk membawanya kembali ke meja perundingan.
"Gerakan tentara atas Mayor Reinado harus dihentikan untuk memberi kesempatan jaksa agung, pengacara Reinado dan uskup melanjutkan perundingan," kata Jose Ramos-Horta kepada wartawan.
"Presiden hari ini dan besok menemui pihak terlibat untuk menghentikan gerakan tentara," tambahnya.
Mayor Alfredo Reinado, tentara pembelot, lari sejak tentara Australia menyerang tempat persembunyian gunungnya awal bulan lalu dalam upaya gagal untuk menangkapnya.
Penolakannya untuk menyerah membentuk bayangan panjang penanda pemilihan presiden di negara miskin Timor Timur bulan ini, walaupun ia menyatakan tidak akan mengganggu pemungutan suara tersebut.
Lima di antara pendukung bersenjatanya tewas dalam penggerebekan atas tempat persembunyiannya itu, yang memicu kecaman keras.
Reinado menjadi masalah abadi bagi pemerintah Timor Leste dan dikatakan mempunyai kelompok pengikut bersenjata dan mendapat bantuan dari kaum muda mandiri dan dukungan kelompok suku di bagian barat negara itu.
Buron itu dicela atas perannya dalam kerusuhan tahun lalu, yang menewaskan sedikit-dikitnya 37 orang, membuat 150.000 tuna wisma dan menyebabkan pengiriman penjaga perdamaian antarbangsa pimpinan Australia.
Kekerasan, yang sering terjadi dan dituduh dilakukan kelompok brandal, terus berlangsung sejak itu, yang menyebabkan 37.000 orang mengungsi akibat takut pulang.
Pemimpin pemberontak Timor Leste itu, yang dikejar pasukan Australia, bersedia berunding jika pengejaran terhadapnya dihentikan, kata pembantunya tengah Maret.
"Jika mereka ingin berunding, mudah. Gerakan itu harus dihentikan," kata pembantu itu, yang berbicara dengan kantor berita Prancis AFP tanpa bersedia disebut namanya, mengutip pernyataan Alfredo Reinado.
Pembantu itu menyatakan Reinado senang dua uskup baru-baru ini ditunjuk sebagai penengah untuk melakukan pembicaraan.
"Saya sangat senang," kata Reinado, yang dikutip pembantu itu, "Gereja adalah lembaga mandiri. Saya percaya mereka akan dapat memajukan dialog."
Reinado tetap merupakan masalah bagi pemerintah Timor Leste, salah satu dari negara terbaru dan termiskin.
Negara itu melaksanakan pemilihan umum bulan April dan ada kekuatiran, Reinado mungkin mengganggu pemungutan suara tersebut.
Pasukan Australia mengepung pangkalan Reinado di pegunungan pada Februari dan menyerang beberapa hari kemudian, menewaskan lima pendukung bersenjatanya.
Tapi, tentara pembangkang itu lolos dari serangan tersebut serta pengejaraan, yang dilakukan setelah serangan itu, gagal menangkapnya.
Pangkalan Reinado terletak di Same, sekitar 50 kilometer selatan Dili, ibukota Timor Leste, dan pembantu itu menyatakan pemberontak meminta maaf atas penderitaan penduduk kota tersbeut akibat gerakan tentara tersebut.
"Saya sedih dan hati saya menangis atas yang terjadi di Same, kerena orang tidak bersalah menjadi korban," katanya mengutip peryataan Reinado.
Pendukungnya melakukan unjukrasa di Dili dan tempat lain setelah serangan tentara itu, yang membuat Presiden Xanana Gusmao dalam pidato televisinya memperingatkan bahwa tindakan keras keamanan akan dilakukan.
Presiden itu memberikan persetujuan pasukan internasional menangkap Reinado setelah menuduh dia mencuri senjata dari pos polisi di perbatasan dengan Indonesia. (*)
Copyright © ANTARA 2007