Luwuk, Sulteng (ANTARA News) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan pihaknya dalam waktu dekat akan mengubah pola pendidikan di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama (SD-SMP) menjadi sekolah yang berbasis pendidikan karakter.
"Di SD nanti, 70 persen porsi pendidikan akan berbasis pada pembentukan karakter siswa dan selebihnya pendidikan keilmuan (70:30), sedangkan di SMP 60 persen pendidikan karakter (60:40)," katanya dalam pertemuan dengan sekitar 1.000 orang guru se Kabupaten Banggai di Kota Luwuk, Sulteng, Jumat petang.
Pendidikan karakter yang dimaksud adalah mengajarkan pada siswa tentang karakter personal seperti hidup jujur dan memiliki budaya antre, karakter sosial yakni memiliki tanggung jawab sosial dan menghargai perbedaan serta pendapat orang lain serta menumbuhkan sikap nasionalisme.
Menteri mengatakan pihaknya sudah membentuk sebuah tim yang sedang mempersiapkan penerapan pendidikan berbasis pembetukan karakter. Dalam tahun 2016, diharapkan sudah ada 500 percontohan sekolah berbasis karakter, lalu pada semester pertama 2017 naik menjadi 1.500 sekolah dan tiga tahun ke depan sudah diterapkan pada seluruh sekolah.
"Pendidikan karakter ini penting karena karakter merupakan pondasi bangsa. Kalau pondasinya baik, maka apapun yang dibangun di atasnya akan baik dan kokoh, tetapi kalau pondasinya rapuh, maka semua yang dibangun di atasnya akan mudah roboh," kata Menteri yang didampingi Seksjen Kemendikbud Didik Suhadi dan Bupati Banggai Herwin Yatim.
Untuk menerapkan pendidikan berbasis karakter ini, kata menteri, pihaknya akan menerapkan apa yang disebut full day school yakni waktu pelajaran di SD dan SMP akan mencapai delapan jam dalam sepekan, namun pada hari Sabtu tidak ada jam pelajaran, sehingga hari Sabtu dan Minggu sepenuhnya dipakai untuk bertemu keluarga.
"Full day school ini adalah ciri negara maju. Saya sudah keliling berbagai negara maju, tidak ada siswa di sana yang pulang pukul 12.00 siang," ujarnya.
Mendikbud juga mengemukakan tiga prioritas utama pendidikan di bawah kepemimpinannya yakni pertama mengatasi kesenjangan pendidikan antara mereka yang jauh dan dekat dari akses pelayanan pendidikan dengan membangun gedung dan sarana pendidikan, serta kepada mereka yang terhalang karena alasan ekonomi antara lain dengan memperluas pemberian Kartu Indonesia Pintar (KIP).
Prioritas kedua adalah revolusi mental di bidang pendidikan yakni membina karakter siswa melalui pendidikan berbasis karakter dan prioritas ketiga adalah menyiapkan tenaga kerja trampil dengan mengembangkan sekolah-sekolah kejuruan.
Menurut menteri, ada empat bidang prioritas dalam mengembangkan SMK untuk menciptakan tenaga kerja trampil yakni bidang kelautan perikanan, bidang kepariwisataan, bidang pertanian dan bidang industri kreatif.
"Pemerintah sedang menyiapkan tenaga-tenaga trampil yang bangunannya seperti gumbang dimana bagian bawahnya kecil, tengahnya besar dan atasnya kecil. Artinya, tenaga kerja yang lulusan SD-SMD itu diusahakan sekecil mungkin, lalu yang banyak adalah tenaga kerja lulusan SMU/SMK kemudian yang berpendidikan tinggi dan ahli itu lebih kecil dari yang berkualifikasi SMU/SMK," katanya.
Sebelum bertemu para guru, mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu meninjau sejumlah sekolah di Kota Luwuk seperti komplex pendidikan Muhamadiyah yang memiliki SD, SMP, SMU dan universitas serta komplek pendidikan Gereja Kristen Luwuk Banggai yang juga memiliki sekolah SD, SMP, SMU, SMK dan kampus Teologia.
Dalam kunjungan itu, Mendikbud berkomitmen membantu peningkatan gedung dan sarana pendidikan sesuai dengan kemampuan dana yang dimiliki Kemendikbud.
Pewarta: Rolex Malaha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016