Kebanyakan sih dalam situasi seperti ini, yang terbawa emosional, orang biasanya mengalami dehidrasi, kelelahan, jatuh, dan pusing."
Jakarta (ANTARA News) - Dokter bedah pun disiapkan untuk menolong pengunjuk rasa yang ikut dalam aksi damai menuntut proses hukum penista agama pada 4 November 2016 di bawah komando tim medis Gerakan Nasional Pendukung Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI).
"Ada 24 titik posko kesehatan yang disiapkan, salah satunya dari IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia), yang ada di posko 22 ini," kata Ketua Departemen Kesehatan IPHI dr Fidiansjah, di Jalan Merdeka Barat, Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan IPHI menyiapkan sejumlah dokter, termasuk dokter bedah, untuk membantu para pengunjuk rasa yang mengalami masalah kesehatan selama mengikuti aksi pada 4 November yang diikuti ratusan ribu massa dari berbagai daerah itu.
"Kebanyakan sih dalam situasi seperti ini, yang terbawa emosional, orang biasanya mengalami dehidrasi, kelelahan, jatuh, dan pusing," ujarnya.
Oleh karena itu, pihaknya yang tergabung dalam Tim Medis GNPF MUI lebih banyak menyiapkan air minum dan obat-obatan ringan, termasuk parasetamol.
"Saya yakin sekitar 30 persen yang datang dalam aksi ini pernah berhaji. Jadi, kami melakukan ini sebagai bagian untuk mencapai mabrur sepanjang hayat dengan ikut dalam kiprah sosial hari ini," ujar Fidiansjah, yang ditemani beberapa dokter lainnya.
Ditambahkan dr Muhammad Rifki, kehadirannya sebagai dokter bedah untuk mengantisipasi bila ada yang terluka berat dan membutuhkan pembedahan pada demonstrasi yang ramai diikuti ratusan ribu pengunjuk rasa itu.
"Tadi juga ada (pengunjuk rasa) yang menderita bipolar, dan sudah tenang setelah kami beri obat," ujarnya.
Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016