Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Lebak Hayat Syahida mengatakan festival Baduy itu merupakan ajang pariwisata budaya masyarakat terasing di Provinsi Banten.
Selain itu juga destinasi wisata Baduy juga ikon Kabupaten Lebak sehingga dapat menarik wisatawan domestik dan mancanegara.
Saat ini, wisata budaya Baduy sebagai masyarakat terasing memiliki nilai keunikan dibandingkan masyarakat modern.
Mereka masyarakat Baduy menolak pembangunan infrastuktur jalan, jaringan penerangan listrik, pendidikan, kesehatan dan barang-barang elektronika.
Kawasan masyarakat Baduy seluas 5.100 hektar dengan jumlah penduduk 11.600 jiwa hingga kini hidup masih tradisional dan menghormati nenek moyangnya.
"Kami berharap dengan kedatangan Puan Maharani yang akan membuka festival Baduy bisa dikenal lebih luas dan mendatangkan wisatawan domestik dan mancanegara," katanya.
Menurut Hayat, festival Baduy 2016 untuk mempromosikan wisata budaya suku terasing di Kabupaten Lebak sekaligus pelestarian budaya dan alam.
Sebab, masyarakat Baduy sangat mencintai alam dan mereka menjaga kelestarian hutan dan lahan agar tidak rusak akibat penebangan ilegal.
Bahkan, mereka melakukan penjagaan hutan adat agar tetap hijau dan lestari sehingga memberikan kesejahteraan bagi kelangsungan hidup manusia.
Apabila, hutan itu kondisinya rusak dipastikan akan menimbulkan malapetaka bencana alam, seperti banjir, longsor dan kekeringan.
Karena itu, masyarakat Baduy dalam keseharian mencintai terhadap alam dengan melestarikan penghijauan.
Pelaksanaan festival Baduy sampai 6 November 2016 dan diharapkan dapat menarik banyak wisatawan untuk menjadikan pengetahuan kekayaan budaya itu.
Selain itu juga menampilkan berbagai produk kerajinan masyarakat Baduy antara lain tenun, tas koja, golok, batik, aneka souvenir, gula aren dan lainnya.
"Kami optimistis budaya Baduy ke depan bisa mendunia," katanya.
Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Banten Pamungkas Sholeh Majid mengatakan pihaknya optimistis destinasi wisata budaya Baduy bisa mendunia karena memiliki nilai keunikan suku terasing di Tanah Air.
Kehidupan masyarakat Baduy sama seperti komunitas suku Aborigin di Australia, suku Amish di Amerika Serikat, atau suku Incha di Peru.
Khasanah budaya masyarakat Baduy cukup menarik untuk dilakukan wisata penelitian antropologi, karena kehidupan masyarakat itu hingga kini masih mempertahankan adat leluhurnya.
Masyarakat Baduy hingga kini masih mempertahankan adat istiadat dan menolak kehidupan moderen.
"Kami yakin ke depan banyak para antropolog datang ke Baduy untuk melakukan penelitian," katanya.
Sementara itu, Camat Leuwidamar Kabupaten Lebak, Endi Suhendi mengatakan pemerintah daerah terus membangun jalan menuju obyek wisata budaya Baduy dari Rangkasbitung hingga Ciboleger atau pintu gerbang masuk kawasan Baduy.
Kunjungan wisatawan domestik hingga kini mencapai 6.849 orang dan mancanegara tercatat 158 orang berasal dari Belanda, Inggris, dan Swiss.
"Sebagian besar wisman itu untuk kepentingan konservasi maupun mempelajari budaya setempat," kata Endi.
Pewarta: Mansyur
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016