Laman internet dianggapnya efektif memberikan pelatihan bertempur secara virtual."

Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menilai bahwa pemberdayaan perempuan merupakan aspek penting untuk menangkal ekstremisme dan kekerasan karena mereka memainkan peran penting dalam membentuk nilai-nilai generasi muda bangsa.

"Mengenai perlawanan terhadap ekstremisme kekerasan, saya selalu mengemukakan tentang pemberdayaan perempuan karena merekalah yang mengajarkan prinsip moderat dan toleransi kepada anak-anak sebagai generasi muda," katanya dalam acara penutupan Forum Perdamaian Dunia (World Peace Forum/WPF) ke-6 di Jakarta, Kamis malam.

Perempuan tidak hanya berperan mewujudkan dan membentuk nilai-nilai para generasi muda, namun juga bangsa secara keseluruhan, ujar perempuan diplomat karir di Kementerian Luar Negeri itu.

Mantan Duta Besar RI di Norwegia itu berpendapat bahwa pelibatan perempuan dalam upaya melawan ekstremisme penting sebagai instrumen pembentuk pemahaman nilai-nilai perdamaian dalam kondisi masyarakat yang rentan terpengaruh hasutan radikalisme.

Selain pemberdayaan perempuan, poin penting lain dalam upaya melawan ekstremisme adalah dengan memahami evolusi atau perkembangan dari ideologi tersebut serta ancaman-ancaman yang mungkin dimunculkan, kata mantan Duta Besar RI di Belanda itu.

"Kelompok ekstremis memanfaatkan internet untuk rekruitmen dan propaganda. Laman internet dianggapnya efektif memberikan pelatihan bertempur secara virtual," ucap mantan Direktur Jenderal Amerika dan Eropa di Kementerian Luar Negeri RI tersebut.

Pemerintah RI, dikemukakannya, telah merancang pendekatan smart power dalam melawan hal tersebut melalui pelibatan kelompok organisasi agama dan masyarakat sipil, seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU), sebagai kontra-naratif ideologi radikal.

Retno juga berpandangan bahwa kerja sama internasional penting dalam melawan ekstremisme karena ancaman yang dihasilkan ideologi tersebut tidak mengenal batas negara dan selalu berevolusi.

"Tidak ada negara yang kebal terhadap ancaman ekstremisme kekerasan, dan itu tidak bisa dilawan sendiri, melainkan harus ada solusi bersama menciptakan lingkungan dunia yang damai," ujarnya.

Retno menjadi salah satu pembicara dalam WPF ke-6 yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah bekerja sama dengan CDCC dan Cheng Ho Multi-Culture Education Trust yang berbasis di Kuala Lumpur, Malaysia.

Tahun ini WPF mengusung topik "Melawan Ekstremisme Kekerasan: Martabat Manusia, Ketidakadilan Global, dan Tanggung Jawab Bersama".

Pemilihan topik tersebut berangkat dari situasi global yang masih banyak diwarnai oleh ekstremisme kekerasan (violent extremism), bahkan fenomena ini cenderung menjadi pembahasan utama dalam wacana dan kajian forum-forum tingkat nasional maupun internasional.

Pewarta: Calvin Basuki
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016