Jakarta (ANTARA News) - Calon gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meminta masyarakat memanfaatkan kunjungan para pasangan calon gubernur dan wakil gubernur selama masa kampanye untuk berdialog, bukan malah melakukan kekerasan atau pengusiran.
"Saya mengajak seluruh masyarakat, siap apun calon yang datang meskipun (warga) tidak setuju atau tidak suka, gunakan kedatangannya untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi," kata Anies saat berkunjung ke permukiman padat penduduk di bantaran Kali Krukut, Jakarta Barat, Kamis.
Di sisi lain, kata dia, semua calon gubernur dan wakil gubernur DKI juga harus mampu membangun komunikasi dengan cara-cara yang santun dan sejuk, sehingga suasana kampanye Pilkada DKI kondusif.
Kerja sama yang baik antara pasangan calon dan warga Ibu Kota, menurut Anies, menunjukkan demokrasi Indonesia yang maju dan saling menghormati.
"Pikiran dan kata-kata boleh berbeda, tetapi tidak boleh ada pemaksaan. Kalau sudah sampai mengusir kan artinya pemaksaan," kata mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.
Sebelumnya, calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama didemo massa yang mengaku warga asli Rawabelong, Jakarta Barat, Rabu (2/11) saat akan bersosialisasi dengan warga setempat.
Massa itu membawa spanduk tulisan berkonotasi negatif.
Karena insiden tersebut, petahana yang karib disapa Ahok itu segera diamankan anggota kepolisian ke dalam mikrolet M24 tujuan Grogol-Srengseng.
Menanggapi penolakan atas kedatangannya, Ahok menyebut massa yang berdemonstrasi hingga membuat kegiatan blusukannya harus berakhir cepat tersebut, tidak dewasa.
Menurut Ahok, aksi yang terjadi setelah 10 menit dirinya blusukan itu menciderai demokrasi negara. Massa yang berteriak-teriak dinilai hanya membuat takut warga sekitar.
"Masyarakat penduduk asli terima kok. Mereka hanya segelintir orang yang meneriakkan itu. Ini yang saya katakan tidak dewasa. Hukum negara kita kan tidak bisa dipaksa, ada aturan. Kalau kaya gini kan kasihan masyarakat ketakutan dengar suara begitu," ujar Ahok.
Pewarta: Yashinta Difa
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016