Dia enggak punya jalan keluarPensacola, Florida/Las Vegas (ANTARA News) - Dua calon presiden Amerika Serikat yang tengah berhadapan --Hillary Clinton dan Donald Trump-- saling menyerang karakter mereka masing-masing saat menyampaikan rangkaian kampanye terakhir mereka enam hari sebelum Pemilu 8 November. Sementara itu jajak pendapat terbaru dari Reuters/Ipsos menunjukkan Hillary unggul terhadap Trump.
Banyak jajak pendapat yang menunjukkan Hillary kini hanya unggul tipis dari Trump menyusul kontroversi terbaru soal skandal email sewaktu Hillary menjadi menteri luar negeri.
Namun jajak pendapat Reuters/Ipsos terbaru yang dirilis Rabu waktu setempat menunjukkan Hillary unggul dengan marjin enam persen dari Trump atau level yang sama dengan sebelum FBI mengumumkan tengah menyelidiki skandal email yang berkaitan dengan Hillary.
Berkampanye di Pensacola, Florida, Trump memprediksi dia akan menang dengan berkata kepada para pendukungnya, "Rasanya seperti sudah menang bukan?"
"Kita harus tenang. Oke, tetap di jalur, Donald, tetap di jalur. Jangan ada pengalihan, Donald," kata Trump sembari menyebut Hillary tidak layak memimpin AS dengan menyebutnya "sama sekali tidak waras."
Sebaliknya kepada pendukungnya di Las Vegas, Hillary menuduh Trump membuat rakyat Amerika berkelahi satu sama lain, seraya menunjuk retorika Trump terhadap kaum muslim dan Meksiko-Amerika.
Trump, menurut Hillary, sudah kebablasan. Kebijakan luar negeri Trump juga disebutnya luar biasa berbahaya.
"Dia enggak punya jalan keluar," kata Hillary seperti dikutip Reuters.
Di North Carolina, Rabu waktu setempat, Hillary menghadirkan Presiden Barack Obama untuk meyakinkan pemilih bahwa Trump adalah ancaman nyata bagi masa depan Amerika Serikat.
"Nasib republik ini terletak pada pundak Anda," kata Obama kepada para penggemar di Chapel Hill seraya menyebut temperamen Trump tidak layak untuk memimpin negara.
Sebaliknya kubu Trump melancarkan serangan lewat tiga iklan yang berkaitan dengan skandal email Hillary, salah satunya berbunyi, "Hillary bersekongkol dengan donor. Kini FBI meluncurkan investigasi baru. Setelah berdekade-dekade bohong dan skandal, korupsi dia terkuak."
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016