London, Inggris, 2/11 (Antara/Thomson Reuters Foundation) - Penanganan kesehatan seharga 1,72 dolar AS atau kurang dari Rp24.000 per orang mampu mencegah ratusan ribu kematian akibat kanker payudara dan serviks di negara-negara berkembang, kata pakar, Selasa.
Hampir 800.000 wanita meninggal setiap tahunnya akibat dua penyakit tersebut, dengan rasio kematian kanker payudara mencapai dua per tiga sedangkan penderita kanker serviks mencapai sembilan dari 10 di negara-negara berkembang, menurut pakar dalam jurnal kesehatan The Lancet.
Sementara beberapa pilihan diagnosa dan perawatan seperti mammografi dan radioterapi kerap tidak tersedia di negara miskin, sejumlah penanganan berbiaya murah memiliki potensi untuk menyelamatkan nyawa, tutur peneliti tersebut.
"Ada kesalahpahaman luas yang mengatakan bahwa kanker payudara dan serviks terlalu sulit dan mahal untuk dicegah maupun disembuhkan, khususnya di negara bersumber daya rendah dimana penyakit ini menjadi beban yang paling tinggi," ujar Ophira Ginsburg dari University of Toronto dalam sebuah pernyataan.
Namun tidak ada yang lebih penting dari kebenaran, ujarnya melanjutkan.
"Estimasi terakhir memperkirakan paket dasar pemeriksaan kanker bisa dikenalkan di negara-negara berpendapatan menengah dan rendah, kurang dari Rp24.000 per orang atau setara dengan tiga persen alokasi biaya kesehatan di negara tersebut," pungkasnya.
Kanker payudara dan serviks membunuh setidaknya hampir tiga kali lipat dari kematian wanita akibat komplikasi kehamilan dan kelahiran, kata peneliti dari University of Toronto, University of Cape Town dan Kings College London.
Diperkirakan jumlah wanita dengan diagnosa kanker payudara mencapai dua kali lipat atau 3,2 juta orang di tahun 2030 dan jumlah penderita kanker serviks diperkirakan meningkat seperempatnya atau 700.000 orang, para peneliti pun memperingatkan biaya penanganan akan membengkak.
Mereka menilai, vaksin Human Papilloma Virus (HPV) bagi anak perempuan di negara-negara miskin di dunia dalam periode empat tahun mampu mencegah 600.000 kematian akibat kanker serviks.
Negara berpenghasilan rendah dan menengah hanya menerima lima persen dari pendanaan global untuk kanker dan kurangnya perhatian telah memperburuk masalah tersebut.
Mengurangi kesenjangan dan meningkatkan tingkat keselamatan penderita kanker bagi wanita seharusnya dilihat sebagai bagian dari komitmen internasional demi tercapainya perlindungan kesehatan yang menyeluruh, kata mereka menambahkan.
Mereka merekomendasikan imunisasi 70 persen dari anak perempuan untuk menghindari HPV di tahun 2030 dan menciptakan akses pada diagnosa awal dan perawatan bagi seluruh wanita dengan kanker payudara.
(Uu.SYS/C/R029/A/G003)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016