“TNI AL tidak lepas dari peperangan berbasis sistem elektronika. Banyak sekali sistem kesenjataan dan komunikasi elektronika kami yang memancarkan gelombang elektromagnetik yang rawan diganggu pihak lawan,” kata dia, disela Indo Defence 2016, di Jakarta, Rabu.
Indo Defence 2016 ini diikuti 844 perusahaan dari dalam dan luar negeri. Berbeda dengan Indo Defence 2014, maka performa perangkat perang kelautan lebih sedikit dimunculkan. Kali ini nuansa kedirgantaraan lebih dimunculkan.
Wacana pembentukan "pasukan siber" TNI ini pertama kali dipublikasi Panglima TNI (saat itu), Jenderal TNI Moeldoko. Secara keorganisasian, "pasukan siber" ini langsung di bawah komando panglima TNI.
Walau akan memperkuat pertahanan siber namun dia tidak mengungkap secara nama unit atau instansi di dalam tubuh TNI AL yang didedikasikan khusus untuk itu.
Dia mencontohkan sistem peluncuran dan pengendalian peluru kendali permukaan yang hampir seluruhnya berbasis sistem komunikasi elektronika.
Di arena Indo Defence 2016 itu, dia juga menyempatkan diri datang ke gerai penyedia asosiasi terkait pengembangan perangkat lunak dan pertahanan siber Indonesia. Di gerai itu, dia diperagakan catu daya bergerak (power bank) telefon cerdas yang bisa mengenkripsi data dan percakapan suara pengguna.
“Prinsipnya begini, semakin sering kita memakai komunikasi elektronika, misalnya internet, maka makin besar peluang kita untuk diserang secara siber,” katanya.
“Perkuatan pertahanan siber ini disesuaikan dengan perkembangan jaman dan pengamanan jaringan,” kata dia.
Di banyak negara maju, unit pertahanan siber angkatan laut ini sering dinamakan Naval Cyber Command yang berada langsung di bawah kepala staf angkatan laut negara itu.
Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016