Arbil, Irak (ANTARA News) - Pasukan elit Irak siap bergerak ke Mosul pada Selasa (1/11), setelah perdana menteri memperingatkan para ekstremis yang menguasai kota tersebut untuk menyerah atau mati.
Pasukan dari Counter-Terrorism Service (CTS) Irak bertempur melawan ISIS di Gogjali, sebuah desa di tepi timur Mosul yang mereka capai pada Senin.
Meski akan segera bisa memasuki Mosul, yang dikuasai ISIS dua tahun lalu, CTS kemungkinan harus menunggu agar unit lain dapat menyusul sebelum melakukan pergerakan bersama ke kota itu.
"Kami sedang bergerak maju di Gogjali," ungkap staf Lentnan Jenderal Abdelwahab al Saadi, seorang pewira senior CTS, kepada kantor berita AFP.
"Pergerakan selanjutnya menuju Al Zahra dan Al Karama di timur Mosul," katanya tanpa merinci kapan mereka akan bergerak ke sana.
Bagi "Resimen Mosul" CTS, yang bertempur untuk menuju kota itu, pengambilalihan adalah masalah kebanggaan.
Mereka yang terakhir mundur ketika ISIS merebut kota itu pada 10 Juni 2014 dan mereka ingin menjadi yang pertama yang mendapatkannya kembali.
Suara Kolonel Mustafa al-Obeidi terdengar lewat radio saat orang-orangnya hati-hati bergerak maju melewati Bazwaya, satu desa di timut Gogjali, Senin, meluncur di sepanjang dinding dan memindai jalanan kosong sambil mengangkat senjata.
"Mereka pergi, para ekstremis pergi ke Mosul," kata Obeidi.
Didukung bantuan koalisi pimpinan Amerika Serikat dari udara dan darat, puluhan ribu petempur Irak berkumpul di Mosul di beberapa front berbeda dalam operasi militer terbesar di negara tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
Menyerah atau Mati
Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi muncul di televisi pemerintah pada Senin mengenakan seragam kamuflase.
"Kita akan mengepung (ISIS) dari semua tempat," katanya.
"Mereka tidak punya jalan keluar, mereka tidak akan bisa lari, mereka hanya bisa menyerah--mereka bisa menyerah atau mati."
Saat ini kelompok ISIS masih punya rute untuk melarikan diri, ke barat menurut wilayah yang dikendalikan ISIS di negara tetangga Suriah.
Pasukan paramiliter dari Hashed al-Shaabi, organisasi payung yang didominasi milisi Syiah yang didukung Iran, telah maju di utara dalam upaya memotongnya tapi mereka masih bergerak ke sana.
Mereka tidak langsung menuju Mosul, tapi menetapkan pandangan pada kota Tal Afar.
Hashed pada Senin menyatakan telah merebut kembali sejumlah desa dalam pergerakan mereka. Pemimpin mereka menyatakan bahwa mereka tidak bermaksud memasuki Mosul, yang mayoritas berpenduduk Sunni, namun komandan di darat ingin bertempur di dalam kota.
Di sisi utara dan timur Mosul, pasukan peshmerga dari daerah otonomi Kurdish telah mengambil alih sejumlah desa dan kota dan mengonsolidasikan posisi mereka.
Ke selatan, pasukan federal yang didukung unit artileri koalisi di markas utama Qayyarah, sudah bergerak maju ke utara. Mereka mencakup banyak wilayah darat dan masih jauh dari batas selatan Mosul.
Fase awal operasi, di mana puluhan desa dan beberapa kota berhasil direbut kembali dari ISIS, masih berjalan.
Jika selesai, pasukan Irak ditargetkan mengepung Mosul, berusaha membuka koridor aman bagi sejuta lebih warga sipil yang diyakini masih ada di dalam kota, dan masuk ke kota untuk bertempur mati-matian melawan kelompok ISIS.
Organisasi-organisasi kemanusiaan berjuang melawan waktu untuk membangun kapasitas guna menangani eksodus dari kota itu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan sampai jutaan orang bisa mengungsi dalam beberapa pekan mendatang.
Lebih dari 17.900 orang sudah meninggalkan rumah mereka sejak operasi mulai menurut International Organisation for Migration.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016