Tokyo (ANTARA News) - Indonesia perlu mempercepat upaya-upaya yang menunjukkan keseriusannya dalam memperbaiki iklim investasi, yang saat ini kalah cepat dibandingkan India dan Vietnam serta sejumlah negara anggota ASEAN lainnya. Hal itu mengemuka dalam diskusi ekonomi yang berlangsung di kedutaan Besar RI di Tokyo, Selasa, yang menghadirkan Dr Yuri Sato, Director Southeast Asia Study Group, dan dua peneliti lainnya dari Institue of Developing Economies (IDE-JETRO). Menurut Sato, Indonesia sudah berada dalam jalur yang tepat untuk memperbaiki iklim invstasinya, sayangnya belum mampu meningkatkan kecepatannya sehingga bisa cepat pulih dalam memperbaiki perekonomian nasional. Dalam makalahnya, selama dua tahun in kebijakan untuk memperbaiki iklim investasi belum memperlihatkan hasil yang dapat mengubah citra investasi Indonesia. Sementara itu di negara-negara Asia dan Afrika terlihat "booming" perbaikan iklim investasi. "Indonesia kurang cepat dibandingkan India dan Vietnam," ujar perempuan yang menyelesaikan master dan doktor ekonominya di Universitas Indoensia itu. Kendati demikian, ia mengakui tahun 2007 dan 2008 Indonesia memiliki prospek ekonomi yang baik, dengan peluang besar untuk pertumbuhan ekonomi lebih dari enam persen setiap tahunnya. Menurutnya, pemerintah dibawah Presiden Susilo Bambang Yudhyono dan Jusuf Kalla harus mampu mengendalikan fakto-faktor yang menganggu stabilitas, serta meningatkan kebijakan pemerintah yang menonjol serta menggunakan diplomais ekonomi. Ia juga mengemukakan betapa negara seperti Indonesia, yang kaya dalam sumber alam, penduduk yang besar dan luasnya wilayah, lemah dalam hal penerapan teknologi. Sementara itu, dalam pandangan Etsuyo Michida, peneliti IDE-JETRO, Indoensia pada dekade 1983-1993 memiliki peningkatan GDP dan pesatnya industri manufaktur. Sedangkan dekade 1993-2003 GDP Indonesia melemah dan perubahan struktural yang tidak jelas. Dalam makalahnya, doktor ekonomi dari Kobe University itu juga menunjukkan struktur Industri manufaktur Indonesia yang terkonsentrasi di Pulau Jawa. Sulawesi 36 persen industrinya terdiri dari pertanian dan kehutanan. Sumatra industri manufakturnya 24 persen adalah pertanian dan kehutanan, sedangkan Kalimantan 25 persen adalah pertambangan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007