Jakarta (ANTARA News) - Pollycarpus Budihari Priyanto, pilot PT Garuda yang dibebaskan Mahkamah Agung (MA) atas dakwaan membunuh aktivis HAM, Munir membantah ketemu dan kenal seseorang bernama Ongen alias Raymond Latuihamalo. Pernyataan Pollycarpus itu disampaikan penasehat hukumnya, M Assegaf di Mabes Polri, Selasa sore. Sebelumnya, dalam penyidikan terbaru, Polri menemukan seseorang yang melihat Munir bersama Pollycarpus sedang berada coffee Bean, Bandara Changi, Singapura, 6 September 2007. Polri meyakini racun arsenik untuk membunuh Munir dimasukkan oleh Pollycarpus di kafe ini. Kendati Polri tidak menyebutkan langsung nama Ongen, namun hampir dipastikan seseorang itu adalah Ongen sebab ia pernah beberapa kali diperiksa polisi dalam kasus ini. "Polly mengaku tidak kenal Ongen bahkan ketemu saja belum pernah," kata Assegaf. Assegaf mengatakan, Pollycarpus juga mengaku bahwa usai turun dari pesawat, ia langsung ke hotel bersama dengan kru Garuda lain dengan lewat pintu khusus untuk kru pesawat. "Penumpang yang transit kan lewat pintu lain dan menunggu di ruang transit. Untuk masuk ke ruang transit kan dikasih kartu oleh petugas," katanya. Pollycarpus, katanya, juga membantah pernah singgah di Coffee Bean bahkan tahu lokasinya pun tidak. "Tahu lokasi cafe itu saja tidak kok disebut bersama Ongen di sana," katanya. Assegaf juga menyebutkan, Pollycarpus membantah telah membuat sketsa pesawat sebagai bagian dari perencanaan untuk membunuh Munir kendati ia mengakui bahwa sketsa itu dibuat olehnya. Sketsa ini juga dipakai sebagai alat bukti baru bagi Polri untuk menjerat kembali Pollycarpus dalam kasus pembunuhan itu. "Sketsa pesawat itu dibuat Polly tiga bulan setelah terbunuhnya Munir. Kalau dibuat sebelum kejadian, memang bisa saja dipakai untuk rencana pembunuhan tapi ini dibuat setelah kejadian," katanya. Pollycarpus membuat sketsa itu karena ingin menjelaskan posisi duduknya dalam pesawat kepada salah satu penasehat hukumnya, Suhardi Sumomulyo. "Sketsa itu juga pernah ditunjukkan ke DPR oleh Polly untuk menjelaskan posisi duduknya," katanya. Ia mengaku heran dengan penyidik Polri yang menyita sketsa pesawat yang kemudian dipakai menjadi alat bukti untuk menjerat Pollycarpus lagi.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007