Manado (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) mengakui masih banyak bank-bank nasional yang belum merespon sepenuhnya penurunan BI rate sehingga mereka masih memberlakukan suku bunga pinjaman yang tinggi. "Kebijakan BI menurunkan BI rate (SBI) belum simetris, banyak bank belum menyesuaikan tingkat suku bunga," kata Kepala Biro Riset Ekonomi BI, Wijoyo Santoso seusai seminar "Evaluasi Perkembangan Ekonomi Terkini, Prospek Perekonomian 2007", Selasa di Manado. Terhadap bank-bank tersebut, kata Wijoyo, sedang dipertimbangkan kebijakan khusus sebagai upaya menekan bank agar secepatnya menurunkan suku bunga pinjaman karena BI rate sudah turun. "Penyesuaian BI rate memang tidak mungkin serta merta SBI turun lalu suku bunga bank ikut turun, karena ada komponen biaya modal (cost of fund), overhead cost, resiko dan premi resiko harus diperhitungkan,"kata Wijoyo. Namun, adanya `spread` yang cukup dalam cost of fund, maka perbankan seharusnya secepatnya dapat menyesuaikan tingkat suku bunganya dengan SBI yang makin rendah. "BI akan mendorong secara tidak langsung (indirect) dengan meminta perbankan lakukan efisiensi, biaya-biaya yang tidak perlu dihapus, begitu juga dengan komponen lain, kecuali biaya tenaga kerja harus tetap dipertahankan baik,"kata Wijoyo. Wijoyo mengatakan, tingkat SBI sudah diputuskan akan tetap dipertahankan sebesar 9 persen, jeda ini ditujukan untuk mencermati lebih jauh dampak dan perkembangan berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah, terutama menyeimbangkan kondisi moneter dengan kondisi di sektor riil dan perbankan. Dalam seminar yang diikuti pimpinan bank, kepala dinas dan instansi lain se Sulawesi Utara (Sulut) dan Gorontalo, Wijoyo mengatakan, perekonomian Indonesia 2007 sudah berada dalam jalur yang benar (we are on the right track), namun kecepatannya belum optimal (but at the low speed). Beberapa hal yang mempengaruhi yakni resiko inflasi 2007-2008 cenderung bias ke atas akibat inflasi volatile foods (bahan makanan), probabilitas inflasi administered (haknya pemerintah) ke arah atas lebih besar serta ekspektasi oleh masyarakat cenderung tinggi. Proyeksi pertumbuhan ekonomi 2007-2008, kata Wijoyo, masih sesuai dengan perkiraan semula yaitu 6 persen di tahun 2007 dan 5,7 hingga 6,7 persen di tahun 2008, sumber pertumbuhan terutama peningkatan konsumsi pemerintah, investasi dan ekspor. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007