Bandung (ANTARA News) - Informasi adanya enam kuburan misterius di kompleks Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Sumedang, mendapat perhatian serius Kapolda Jabar Irjen Pol Sunarko DA, bahkan ia memerintahkan Tim III di jajarannya menindaklanjuti temuan tersebut. "Saya sudah mendapat informasi itu, namun apakah keenam kuburan misterius tersebut makam praja atau bukan, perlu kita dalami. Oleh karena itu kami perintahkan Tim III yang dipimpin Kompol Roy Hardi untuk mengeceknya," kata Kapolda kepada pers di Bandung, Selasa sore. Mengenai perlu tidaknya dilakukan pembongaran kuburan tersebut, Kapolda mengatakan akan menunggu laporan hasil penyelidikan dan penyidikan yang tengah dilakukan Tim III yang bertugas mengungkap kasus kekerasan yang terjadi di IPDN selama kurun waktu sebelum kasus Cliff Muntu. Sebelumnya dilaporkan, keberadaan enam makam yang berlokasi di belakang kampus IPDN itu oleh sejumlah kalangan dikaitkan dengan aksi-aksi kekerasan yang terjadi di lembaga itu, namun dibantah oleh Kasubag Kerohanian Islam IPDN Ahmad Marzuki (44). Saat meninjau keenam makam misterius yang berada di belakang bagunan Laundry IPDN, Minggu (15/4), didampingi Rektor IPDN Johanes Kaloh, Marzuki mengatakan, seluruh makam tersebut merupakan makam keluarga dosen dan dosen IPDN, termasuk makam salah seorang anaknya. Marzuki memaparkan, bahwa keberadaan makam itu bukan makam praja seperti yang dilansir sejumlah media massa belakangan ini. "Kami menginformasikan apa adanya, bahwa makam itu bukan makam praja, melainkan makam dosen, keluarga dosen dan satu makam anak saya," ujarnya. Adapun identitas makam yang ada, kata Marzuki, diantaranya Dala Ulung, Khadijah, M Djalin, dan Tadjudin Manangkari. "Lokasi makam itu memang berada di bagian belakang kompleks kampus seluas 280 hektar dan sempat tertutupi oleh rimbunnya semak belukar," katanya. Dalam kesempatan itu Johanes menepis tudingan kalau keenam makam itu adalah makam praja yang tewas misterius. "Kita tidak ingin menutupi keberadaan makam tersebut, silakan tanya langsung kepada yang lebih tahu, yakni Ahmad Marzuki," katanya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007