Jakarta (ANTARA News) - Hujan sudah reda di Gambir Expo, Kemayoran, Jakarta, Sabtu petang kemarin ketika Muhammad Rifky (33) mendatangi panggung Lake Stage dari pagelaran musik akbar Synchronize Fest.
Bukan tanpa alasan Rifky bergegas mencari tempat yang nyaman ketika lagu Indonesia Raya berkumandang dari panggung karena lagu itu diputar tepat pukul 21.00 WIB yang merupakan giliran Orkes Moral Pengantar Minum Racun (OM PMR) tampil di panggung Lake Stage.
Tak kurang dari sepuluh lagu dimainkan grup musik yang digawangi Johnny Iskandar dkk itu. Lagu-lagu populer seperti "Istilah Cinta", "Topan", "Banjir", "Bintangku Bintangmu", "Malam Jumat Kliwon" dan "Judul-Judulan" turut dimainkan.
Selepas menikmati sajian musik dangdut jenaka ala OM PMR, Rifky memilih beristirahat sejenak di sebuah tenda salah satu merek minuman yang menjadi sponsor festival musik ini. Separuh dari impiannya telah terwujud.
"Saya memang sengaja datang dari Pekalongan untuk menyaksikan langsung PMR dan (OM) Soneta, sebab kalau menyaksikan di konser masing-masing rasanya sulit," kata Rifky saat berbincang-bincang dengan ANTARA News.
Rifky sebetulnya berniat datang dengan istrinya, namun kondisi sang istri yang masih pemulihan setelah mengalami kecelakaan menghalangi niatnya itu.
"Kapan lagi ada festival yang isinya kebanyakan musik indie tapi menampilkan PMR dan Soneta," ujar Rifky lagi.
Meski mengaku datang ke Synchronize Fest dengan target utama menyaksikan PMR dan Soneta, Rifky bukanlah penikmat musik yang sekadar mendengarkan genre dangdut maupun melayu.
Rifky cukup mengikuti perkembangan musik-musik di skena indie, bahkan khatam saat membicarakan rekam jejak Zeke Khasali baik itu sejak di masa aktif bersama LAIN, Zeke and The Popo maupun sebagai penampil solo.
Ia juga cukup cakap berdiskusi mengenai perbedaan skena indie di wilayah Jawa Tengah hingga Jawa Timur dibandingkan dengan skena indie di Bandung dan Jakarta. Bahkan ia cukup bimbang menentukan apakah harus pulang langsung ke Purwokerto atau melanjutkan mengikuti festival hari terakhir, Minggu (30/10), yang menjadikan duo folk asal Surabaya, Silampukau, sebagai salah satu penampil.
"Silampukau itu saya sendiri melihatnya sesuatu yang berbeda dari Jawa Timur sana, yang sebelumnya identik band-band indie berkiblat ke Log Zhelebour," tuturnya.
Menjelang pukul 23.30 WIB, dari panggung Dynamic Stage terdengar intro lagu "Kata Pujangga" milik OM Soneta. Sontak Rifky yang mengenakan kaos biru bertuliskan nama band rock Amerika Serikat, Sonic Youth, segera mengajak ANTARA News bergegas mendatangi panggung yang bakal menyajikan OM Soneta sebagai penampil pamungkas hari kedua festival itu.
Tiba di area Dynamic Stage, Rifky mendapati kerumunan pengunjung yang sudah ramai sementara ternyata OM Soneta baru mengecek suara saja.
Setelah asyik masyuk bergoyang dengan 13 dari 17 lagu yang dimainkan Soneta, Rifky pamitan kepada ANTARA News untuk pulang lebih dulu meninggalkan Synchronize Fest. Impian dan target utama menyaksikan langsung PMR dan Soneta secara langsung sudah tuntas terwujud.
Gegar telinga berjemaah
Sebelum bertemu Rifky, ANTARA News juga menemukan sejoli Soraya (20) dan Adhi (28) yang belakangan bergabung dalam pembicaraan soal PMR, Soneta dan Synchronize Fest.
Keduanya mengaku baru pertama kali menyaksikan secara langsung penampilan PMR dan Soneta.
"Musikku itu sebetulnya ya yang model Float, White Shoes and The Couple Company, cuma memang PMR itu udah pernah dengar karena dicekokin teman," aku Soraya yang masih tercatat mahasiswi psikologi pada Universitas Bina Nusantara.
"Waktu tahu PMR juga manggung di sini tadi, akhirnya ikutan nonton, dan memang enggak nyesel," ujarnya menambahkan.
Adhi sendiri mengaku cukup kaget menyaksikan pasangannya fasih mengikuti lirik demi lirik beberapa lagu yang dimainkan PMR dalam penampilannya di Synchronize Fest.
"Gua tahu soalnya musik yang kebanyakan dia dengerin itu apa. Makanya pas tadi dia fasih nyanyi PMR kaget juga," kata Adhi.
Rifky, Soraya dan Adhi lantas bergabung dengan ratusan pengunjung Dynamic Stage, bergoyang bersama ketika nomor-nomor populer Soneta seperti "Judi", "Mirasantika", "Adu Domba" dan "Kata Pujangga" dimainkan.
Kalau Rifky pamit setelah menikmati 13 lagu, Soraya dan Adhi pulang lebih awal dan hanya sempat bergoyang pada 11 lagu Soneta.
Pengalaman pertama menikmati PMR dan Soneta secara langsung agaknya bukan hanya menjadi monopoli Rifky, Soraya dan Adhi, mengingat Synchronize Fest adalah gelaran musik akbar dengan 104 penampil yang sebagian besar berasal dari skena musik indie.
Direktur Festival, David Karto, pada jumpa pers jelang Synchronize Fest 19 Oktober lalu, mengaku konsep ajang ini memang gerakan memajukan musisi lokal.
Dari dua hari penyelenggaraan yang sudah berlangsung, Synchronize Fest bukan hanya berhasil menggerakkan musisi lokal, tetapi juga membuang jauh-jauh jurang pemisah antara penikmat musik indie dengan musik dangdut dan melayu seperti PMR dan Soneta.
Besar kemungkinan pengunjung, terutama muda mudi, adalah pelanggan pertunjukan-pertunjukan musik indie yang enggan melangkahkan kaki menuju panggung-panggung rakyat berhiaskan musisi orkes melayu macam PMR dan Soneta, jika tak "dipaksa" festival semacam Syncrhonize Fest.
Dan tentunya, Synchronize Fest berhasil mewujudkan impian Rifky untuk menyaksikan langsung PMR dan Soneta dari dekat.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016