Jakarta (ANTARA News) - Perubahan dan Inovasi dipercayai dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN.
"Pemerintah memiliki komitmen untuk mempercepat pertumbuhan dengan investasi dalam pembangunan manusia (human development), terutama di bidang pendidikan dan kesehatan," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Prof. Bambang S. Brodjonegoro, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Bambang menjadi salah satu pembicara kunci dalam acara Regional UnConference yang diadakan oleh Alumni Eisenhower Fellowship, di Nusa Dua, Bali, dengan tema "ASEAN Unity Through Changes Anda Innovation".
Bambang yang juga alumni Eisenhower Fellow tahun 2002 mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan akan terwujud melalui adopsi sains, teknologi, dan promosi inovasi.
"Tantangan inovasi adalah investasi dalam penelitian dan perkembangan. Indonesia masih tertinggal, baru 0,1 persen dari Produk Domestik Bruto atau GDP," kata Bambang.
Menurut Bambang, salah satu inovasi yang tengah didorong untuk diberlakukan di ASEAN adalah menerapkan visa tunggal (single visa) bagi pengunjung di luar kawasan ASEAN untuk masuk ke negara-negara di kawasan ASEAN, semacam visa Schengen yang diterapkan oleh Uni Eropa.
"Kita ingin menempatkan negara-negara di ASEAN sebagai pasar bersama untuk industri pariwisata," ujar Bambang dihadapan seratusan alumni dari kawasan ASEAN, AS, Eropa, dan Australia itu.
"Sektor pariwisata menjadi sumber penting yang mendukung pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN. “Kontribusinya terhadap GDP kian besar," tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Co-Founder dan Honorary Chairman ACER DR Stan Shih mengatakan bahwa fokus inovasi seharusnya tidak hanya dalam hal teknologi.
"Tapi bagaimana teknologi mendatangkan nilai tambah pada kehidupan yang lebih baik bagi manusia," ujarnya.
Mengenai internet, Stan Shih mengatakan, "tantangannya bagaimana menghubungkan manfaat dari integrasi piranti keras, piranti lunak dan platform cloud untuk melayani kebutuhan masyarakat."
Sementara itu, Wakil Dewan Eksekutif Eisenhower Fellowship, Christine Todd Whitman mengingatkan partisipan tentang kecenderungan generasi milenial untuk tidak percaya kepada institusi yang dianggap bagian dari kemapanan.
Dia mengutip survei yang dilakukan di AS saat kampanye Presiden AS, bagaimana milenial tidak percaya kepada berbagai institusi termasuk media dan politik.
"Salah satu inovasi yang perlu dilakukan adalah bagaimana meyakinkan milenial atas sejumlah isu penting, termasuk politik. Bagaimana menjangkau mereka?," kata Christine.
Begitu pun Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu yang menegaskan pentingnya membangun kesadaran kaum muda tentang kehadiran ASEAN, juga peran pentingnya dalam membangun masyarakat bersatu di kawasan ini.
"Perubahan harus dilakukan oleh ASEAN, termasuk bagaimana membangun komunikasi ke kalangan muda, mengenai ASEAN. Kita harus berubah," kata Mari Elka.
Pewarta: Monalisa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016