NTT memiliki banyak sekali komoditas yang sangat mendukung perekonomian daerah ini, namun sayang hanya beberapa komoditas yang saja yang diperhatikan."
Kupang (ANTARA News) - Sore itu langit di atas Kota Kupang begitu cerah. Di bagian Barat dari kota kasih itu, puluhan buruh kapal dan para pekerja PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III Cabang Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), masih beraktivitas tanpa menghiraukan senggatan sang mentari yang perlahan akan kembali ke peraduannya di ufuk Timur.
"Aktivitas bongkar muat kalau ada kapal barang yang masuk bisa terjadi sampai subuh. Para pekerjanya dengan sistem shift atau dengan sistem per jam," kata Kepala PT Pelindo III (Persero) Cabang Kupang, Denny L. Wuwungan.
Pelabuhan Tenau Kupang semenjak ditetapkan sebagai pelabuhan internasional awal 2015 aktivitas bongkar muat dan muatnya terus meningkat. Tenau merupakan pelabuhan terbesar di NTT, dan sangat strategis karena di wilayah perbatasan antarnegara dengan Australia maupun Timor Leste.
Setahun ini kesibukkan Pelabuhan Tenau pun bertambah. Jumlah kapal besar dari Singapura, Malaysia dan Australia yang menyinggahi Kupang lebih dari 180 kapal. Hal inilah yang menurut Denny menjadi tolak ukur mengapa sehingga pelabuhan tersebut dianggap sebagai pelabuhan internasional.
Waktu pun begitu cepat bergulir, jarum jam terus berputar, sehingga tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 16.30 Waktu Indonesia Tengah (Wita). Perlahan-lahan sang mentari mulai tenggelam. Di balik Pulau Semau sang mentari masih malu-malu mengintip berbagai aktivitas yang terjadi di Pelabuhan Tenau.
Keindahan langit petang itu tak mampu menarik perhatian para pekerja di pelabuhan itu. Bagi mereka, menyelesaikan pekerjaan hari itu, kemudian pulang dan bertemu dengan keluarga tercinta merupakan hal utama.
Sebagai salah satu pelabuhan terbesar di NTT Pelindo III Kupang terus berbenah agar nantinya menjadi pelabuhan yang berdaya guna demi meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) NTT dengan disinggahinya kapal-kapal barang dari berbagai negara, terutama Timor Leste dan Australia.
Sebagai Pelabuhan di Indonesia bagian Selatan, menurut Deny, Pelindo III Cabang Kupang terus berbenah agar bisa membantu memperlancar program tol laut yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) semenjak menjabat sebagai Presiden RI.
Saat menjadi Gubernur Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta pun Jokowi mulai menjajaki aksi tol laut bekerja sama dengan Gubernur NTT Frans Lebu Raya. Jokowi meminta Frans dapat mengirimkan sapi potong asal NTT melalui kapal laut untuk memenuhi konsumsi daging bagi masyarakat Jakarta.
Jokowi kian memantapkan visi dan misinya sejak menjadi Presiden RI melalui sembilan keinginan yang disebut Nawacita. Tol laut untuk membangun jalur perekonomian antarpulau di Indonesia, khususnya menstabilkan sekaligus mengadilkan harga di wilayah Indonesia Timur dibanding Indonesia Barat pun dilakukannya.
Selain itu, Program Tol Laut secara berkesinambungan melibatkan kapal-kapal khusus yang bertugas mengangkut komoditas di wilayah Indonesia Timur dijual ke wilayah Barat, terutama di Pulau Jawa. Dan, sebaliknya kapal-kapal tak boleh kosong membawa komoditas produksi dari Indonesia Barat ke Timur dengan pasokan memadai di pasar.
Kapal Tol Laut juga aktif mengangkut hasil komoditi telah beroperasi di sejumlah daerah di NTT, diantaranya di Kabupaten Sabu Raijua mengangkut garam, serta rumput laut mencapai nilai berton-ton, kemudian di Kabupaten Rote Ndao.
Sapi yang dibeli dari para peternak di Pulau Timor dan Pulau Sumba untuk dikirim ke Jakarta dan Surabaya, Jawa Timur, semakin teratur jadwalnya.
Para pemangku kepentingan Program Tol Laut pun bergerak aktif, mulai dari PT Pelayaran Indonesia (Pelni) dan PT Pelindo (Persero) langsung menyiapkan pelabuhan-pelabuhan yang bagus agar bisa bisa disinggahi kapal-kapal tol laut.
Pelabuhan Tenau Kupang mencatat arus bongkar dan muat barang, peti kemas, kedatangan kapal barang maupun penumpang, serta hewan semakin meningkat sejak berjalannya Program Tol Laut.
Pada tahun 2015 realisasi kunjungan kapal mencapai 3.265 unit kapal, sementara pada semester satu 2016 jumlah kunjungan mencapai 1.607 kapal. Sementara itu, arus peti kemas pada 2015 mencapai 94,729 ton/liter peti kemas, dan semester pertama tahun 2016 mencapai 51,469 ton/liter peti kemas.
Denny Wuwungan mengatakan, semakin meningkatnya pembongkaran arus peti kemas di Pelabuhan Tenau lantaran semakin banyak pula kapal dari Australia dan beberapa negara lain ikut membongkar muatan di pelabuhan yang sama.
Oleh karena itu, Pelindo III Kupang terus berbenah untuk meningkatkan pelayanan sekaligus menjadi bagian penting dalam menopang pertumbuhan perekonomian di NTT. Pelabuhan Tenau Kupang kian memantapkan perannya sebagai lokasi utama lintas laut nasional di Indonesia Timur, dan lintas laut internasional di kawasan Selatan.
Denny mengatakan, sejauh ini NTT memiliki komoditas yang dapat diandalkan untuk dimuat oleh kapal-kapal tol laut untuk dijual ke sejumlah daerah di Indonesia, antara lain rumput laut, garam dan hasil perikanan tangkap. Ini menjadi modal utama dalam hal peningkatan dan perwujutan program tol laut di Indonesia Timur.
Dari darat, NTT memiliki komoditas unggulan, seperti sapi yang selalu dimuat dua minggu sekali menggunakan kapal tol laut khusus sapi untuk dikirim ke sejumlah daerah di Pulau Jawa.
Pengamat Ekonomi dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unika) Kupang Dr. Thomas Langodai menilai, keberadaan Program Tol Laut sangat menguntungkan NTT, khususnya bagi pelabuhan yang dikelola Pelindo III Kupang.
"NTT memiliki banyak sekali komoditas yang sangat mendukung perekonomian daerah ini, namun sayang hanya beberapa komoditas yang saja yang diperhatikan," tuturnya.
Oleh karena itu, Program Tol Laut dan keberadaan Pelindo III di wilayah NTT diharapkan dapat memicu pengelolaan produksi lokal dapat dikirimkan dengan memanfaatkan transportasi laut, dan diimbangi membangun pelabuhan yang luas untuk membantu bersandarnya kapal-kapal besar pengangkut berbagai komoditas.
Pelabuhan yang bagus dan nyaman pelayanan publiknya tentu saja akan menjadi tempat favorit bersandarnya kapal-kapal nasional maupun internasional.
Oleh Kornelis Kaha
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016