Jakarta (ANTARA News) - Bank Mandiri memperkirakan Bank Indonesia (BI) masih akan mempertahankan suku bunga acuan BI (BI rate) dan kemungkinan akan kembali menurunkannya pada pertengahan tahun. Kepala Ekonom Bank Mandiri, Martin Pangabean, dalam acara Temu Media di Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa perkiraan dipertahankannya "BI rate" itu berkaitan dengan adanya tekanan inflasi pada Juni-Juli 2007. "Hasil riset Bank Mandiri menunjukkan bahwa masih terdapat tekanan kenaikan inflasi di sepanjang 2007, di mana inflasi inti Juni-Juli akan naik menjadi 8,5 persen. Rata-rata inflasi 'headline' di 2007 diperkirakan berada di kisaran 6,5 persen, sementara inflasi inti Bank Mandiri sampai dengan akhir tahun diperkirakan berada pada level 6,41 persen," kata Martin. Dengan adanya tekanan inflasi ini, kata Martin, akan membuat BI sebagai otoritas monoter lebih berhati-hati dalam memutuskan penurunan "BI rate". "Jika dipaksakan, dikhawatirkan adanya pelarian modal ke luar negeri sehingga akan menghantam nilai tukar rupiah," jelasnya. Selain tekanan inflasi, lanjutnya, hambatan penurunan suku bunga domestik juga muncul dari perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri. Menurut dia, cenderung naiknya suku bunga di Jepang dan kondisi inflasi di Amerika Serikat (AS) yang mempengaruhi terhadap penurunan suku bunga bank sentral/federalnya (The Fed). "Inflasi AS memang menunjukkan kecenderungan turun, namun tidak langsung dibarengi penurunan suku bunganya. The Fed diperkirakan akan turun pada pertengahan tahun," terangnya. Dengan kondisi ini, menurut Martin, BI akan melakukan rekayasa "soft lending", agar penurunannya tidak terlalu menganggu stabilitas rupiah. "Rekayasa 'soft lending' ini dilakukan, karena melihat penurunan BI-rate yang sudah diambang batas," ungkapnya. Martin mengatakan penurunan "BI rate" diperkirakan akan bergeser ke paruh kedua 2007. "Sampai dengan akhir 2007, 'BI rate' diperkirakan akan berada pada kisaran 8,5 persen hingga 8,75 persen," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007