"Kalau dilihat dari peta sampai awal November hampir seluruh Indonesia berwarna hijau gelap bahkan merah dibeberapa daerah menandakan hujan dengan intensitas sedang sampai lebat di atas 300 milimeter per bulan," kata Kepala BMKG Andi Eka Sakya di Jakarta, Jumat.
Potensi hujan sedang hingga lebat itu terutama terjadi di Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jabodetabek, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Maluku, Papua Barat dan Papua.
Lebih lanjut Andi mengatakan, kondisi cuaca tersebut karena masih dipengaruhi kuatnya Dipole Mode (penambahan massa uap air dari Samudera Hindia ke wilayah Indonesia bagian Barat) hingga November, namun pada Desember hingga Maret 2017, dipole Mode diprediksi normal .
"Kita prediksi Dipole Mode masih minus 0,70 yang berarti ini diatas sedang mendekati kuat. Badan Antariksa Amerika, NASA juga memprediksi minus 0,66 begitu juga dengan Badan Meteorologi Australia minus 0,52," tambah Andi.
Dipole Mode yang terjadi di sebelah timur Afrika itu memberikan tambahan pasokan massa uap air dari Samudera Hindia ke Indonesia Bagian Barat.
Pasokan uap air tersebut akan berkontribusi pada labilitas atmosfer wilayah Indonesia dan berkorelasi dengan tingginya temperatur yang ada di lautan Hindia sebelah selatan Pulau Jawa.
"Jika terbawa angin ke utara maka dengan sendirinya memberikan pasokan uap air yang cukup tinggi. Selai itu jika terjadi perlambatan udara maka akan menyebabkan labilnya atmosfer," katanya.
Selain Dipole Mode, yang turut mempengaruhi pasokan uap air adalah suhu muka laut yang masih mengalami anomali di atas rata-rata antara 0,5-4 derajat sehingga uap air sangat tinggi.
"Prediksi parameter cuaca berkaitan dengan keadaan angin kami lihat ada beberapa misalnya konsentrasi-konsentrasi dan belokan yang perlu diwaspadai karena akan berimbas pada potensi hujan tinggi," tambah dia.
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016