New York (ANTARA News) - Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Urusan Kemanusiaan (OCHA) melaporkan 15.800 orang mengungsi di dalam negeri Irak sejak 17 Oktober akibat operasi yang berlangsung di Mosul.
"Jumlah orang yang kehilangan tempat tinggal tampaknya akan terus berfluktuasi sementara garis depan pertempuran bergerak," kata Juru Bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Stephane Dujarric dalam taklimat harian di Markas Besar PBB, New York.
"Sebagian keluarga yang kehilangan tempat tinggal memilih kembali ke rumah mereka secepatnya, segera setelah keadaan di desa atau kota tempat tinggal mereka memungkinkan."
"Mitra kemanusiaan terus menyediakan bantuan bagi keluarga di daerah tempat mereka mengungsi, serta di kota kecil dan desa-desa sekitar Mosul tempat akses memungkinkan," kata dia sebagaimana dikutip kantor berita Xinhua
Pasukan keamanan Irak merebut kembali lebih banyak desa pada Selasa pekan lalu (18/10) dari petempur ISIS, sebagai bagian dari serangan besar yang ditujukan untuk membebaskan Kota Mosul, kubu utama terakhir ISIS di Irak.
Mosul, sekitar 400 kilometer di sebelah utara ibu kota Irak, Baghdad, berada dalam kekuasaan ISIS sejak Juni 2014, ketika pasukan keamanan Irak meninggalkan senjata mereka dan menyelamatkan diri, memungkinkan militan ISIS mengambil alih bagian-bagian utara dan barat Irak.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyerukan "penyelidikan segera dan tidak memihak" mengenai serangan yang menewaskan 36 pelajar dan guru di satu kompleks sekolah di Desa Haas, Gubernuran Idlib di Suriah, Rabu (26/10).
Pemimpin PBB itu "terkejut" oleh laporan mengenai peristiwa itu, kata Stephane Dujarric, menambahkan, "Jika disengaja, serangan ini merupakan kejahatan perang."
"Jika tindakan mengerikan semacam itu terus berlangsung meski masyarakat global sangat marah, itu karena pelakunya, baik dalam koridor kekuasaan atau kubu perlawanan, tidak takut pada keadilan," kata Dujarric. "Harus dibuktikan bahwa itu salah."
Serangan udara dilancarkan terhadap satu sekolah di Gubernuran Idlib, yang dikuasai gerilyawan di Suriah, sehingga menewaskan 36 orang, termasuk 22 anak-anak. (Uu.C003)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016