Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antar-bank di Jakarta pada Jumat pagi turun sembilan poin menjadi Rp13.040 per dolar AS.
"Rupiah melemah terbawa arus penguatan dolar AS di pasar global. Dari domestik, berita positif juga mulai terbatas," kata ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta.
Euforia pencapaian amnesti pajak pada awal periode II yang masih terbilang minim serta harapan mengenai peringkat layak investasi yang mulai hilang, menurut dia, turut mempengaruhi pergerakan rupiah.
Kendati demikian, menurut dia, tren penguatan harga komoditas seperti minyak mentah dunia yang positif masih menjadi pencegah pelemahan lebih dalam nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di tengah minimnya sentimen positif serta ketidakpastian global.
Harga minyak mentah jenis WTI Crude pagi ini pada level 49,73 dolar AS per barel atau naik 0,02 persen, sementara minyak mentah jenis Brent Crude pada posisi 50,51 dolar AS per barel, menguat 0,08 persen.
Ia mengatakan fokus pasar saat ini sedang tertuju inflasi Oktober 2016, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) serta defisit transaksi berjalan kuartal III 2016 yang sedianya akan dirilis awal November.
"Pertumbuhan PDB yang melambat di tengah ketidakpastian global bisa memicu koreksi atas nilai aset berdenominasi rupiah sehingga berpeluang juga memicu pelemahan rupiah terhadap dolar AS," katanya.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova mengatakan sentimen mengenai kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve masih menjadi penopang dolar AS.
"Data ekonomi AS yang membaik meningkatkan keyakinan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga pada tahun ini," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016