Jakarta (ANTARA News) - Peneliti dan pengamat dari Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM, Ichsanuddin Nooersy, mengatakan di antara anggota Kabinet Indonesia Bersatu (KBI), Menteri Luar Negeri Hassan Wirayuda paling sulit dicopot, karena merupakan sosok yang disukai Amerika Serikat. "Menlu tidak bakal diganti, karena yang bersangkutan sangat disukai AS. Sedangkan Menhan mungkin, tapi karena memang sudah sakit dan pernah terkena stroke ringan. Kalau Sofyan Djalil, akan jadi Menneg BUMN," katanya, saat dihubungi melalui telepon seluler, Selasa, menanggapi menteri-menteri mana saja yang bakal berganti. Namun secara umum mantan anggota legislatif dari Partai Golkar ini dalam kajiannya melihat ada tiga isu yang mendorong perombakan. "Pertama, karena tidak efektifnya pemerintahan, kedua, buruknya kinerja Kabinet Indonesia Bersatu (KIB), lalu ketiga, rentannya situasi sosial politik, " katanya. Ichsanuddin mengemukakan beberapa menteri yang perlu diganti antara lain Mendagri, Menhukham, Mensesneg, Menko Perekonomian, Menkeu, Menhub, Menneg BUMN, Menkimpraswil dan Menpera. "Tetapi yang lebih menarik dari hal itu tadi, kenapa isu reshuffle justru lebih dulu dinyatakan Wapres," katanya. Menurut dia, karena memang persoalan kabinet terkait pada banyaknya anggota kabinet berperilaku ke mana angin bertiup ke sanalah mereka berpedoman. "Sebaliknya, sangat miskin anggota kabinet yang berkarakter memenuhi panggilan-panggilan konstitusi dan merasakan denyut nurani rakyat. Miskinnya karakter ini memperkuat ketidakberdayaan kabinet menghadapi gejolak ketidakpuasan masyarakat," tegasnya. Karenanya, reshuffle sekarang pun harus mengkalkulasi kemampuan menjawab aspirasi rakyat. "Bukan aspirasi konglomerat," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007