Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Kamis sore bergerak melemah sebesar 29 poin menjadi Rp13.027, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.998 per dolar AS.
"Dolar AS melanjutkan penguatan seiring dengan sejumlah data ekonomi Amerika Serikat yang telah dirilis lebih baik dari perkiraan," kata analis Monex Investindo Futures Putu Agus di Jakarta, Kamis.
Ia mengemukakan bahwa laporan Departemen Perdagangan Amerika Serikat menunjukkan penjualan perumahan pada September 2016 naik 3,1 persen menjadi 593.000 dari Agustus. Penjualan bulan September tersebut juga masih lebih tinggi dibandingkan setahun lalu.
Selanjutnya, ia menambahkan bahwa Amerika Serikat akan melaporkan data klaim tunjangan pengangguran, serta pesanan barang tahan lama. Jika data yang diumumkan lebih baik maka potensi dolar AS menguat cukup terbuka.
"Data yang solid akan memperkuat ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed pada Desember tahun ini," katanya.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova menambahkan bahwa penguatan dolar AS cenderung tertahan seiring dengan harga komoditas minyak mentah dunia yang kembali menguat.
Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Kamis (27/3) sore ini, berada di level 49,39 dolar AS per barel, naik 0,43 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 50,33 dolar AS per barel, menguat 0,70 persen.
"Harga komoditas yang stabil dengan kecenderungan menguat menjaga mata uang rupiah tidak tertekan lebih dalam," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.027 dibandingkan Rabu (25/10) Rp12.997.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016