Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Rabu sore bergerak menguat tipis sebesar tujuh poin menjadi Rp12.983, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.990 per dolar AS.

"Pergerakan rupiah bergerak di kisaran sempit di tengah posisi pelaku pasar uang yang wait and see terhadap sentimen global, terutama dari Amerika Serikat," ujar Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri di Jakarta, Rabu.

Ia mengemukakan bahwa sentimen yang menjadi fokus pelaku pasar uang yakni pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengenai rencana kenaikan suku bunga acuannya dan pemilu presiden AS pada awal November tahun ini.

"Data-data ekonomi Amerika Serikat yang telah disampaikan sejauh ini masih sesuai dengan harapan The Fed, potensi The Fed menaikan suku bunga acuannya masih terbuka," katanya.

Dari dalam negeri, lanjut dia, sentimen penggerak bagi rupiah masih relatif minim. Pelaku pasar uang juga sedang menanti data inflasi Oktober 2016 dan laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kuartal III 2016.

"Di tengah situasi yang masih wait and see itu, dalam jangka pendek ini pergerakan rupiah akan berada dalam area konsolidasi," ucapnya.

Reny Eka Putri memproyeksikan bahwa kisaran pergerakan rupiah dalam jangka pendek ini atau hingga November tahun ini akan berada di level Rp12.985-Rp13.040 per dolar AS.

Analis pasar uang PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa sentimen global cukup dominan dalam mempengaruhi fluktuasi mata uang domestik. Kondisi itu yang menahan laju penguatan rupiah lebih tinggi.

"Meski sentimen global cukup dominan, namun adanya penjagaan dari Bank Indonesia membuat rupiah masih terapresiasi," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp12.997 dibandingkan Selasa (25/10) Rp13.022.


*Update pukul 17.30 WIB perbaikan judul

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016