Sukabumi (ANTARA News) - Data International Organization for Migration (IOM) dalam 10 tahun terakhir terhitung sejak 2005-2010 sebanyak 8.515 WNI menjadi korban pedagangan manusia atau human trafficking.
"Dari jumlah tersebut 70 persennya adalah wanita dan anak di bawah serta sisanya adalah pria dewasa," kata National Progam Coordinator IOM perwakilan Indonesia, Fitriana Nur kepada Antara di Sukabumi, Selasa.
Menurut dia, 70 persen korban pedagangan manusia tersebut diberangkatkan ke Malaysia, sisanya ada yang ke negara di Timur Tengah, Jepang bahkan ada juga yang dikirim ke Amerika Serikat dan ada juga korban perdagangan manusia antarprovinsi.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan banyaknya WNI yang menjadi korban perdagangan manusia seperti minimnya lapang pekerjaan, pengangguran, angka kemiskinan, pendidikan yang rendah dan lain-lain.
Biasanya pelaku human trafficking tersebut mencari korbannya yang berasal dari kalangan ekonomi lemah dan tidak memiliki pendidikan yang tinggi sehingga mudah ditipu atau diiming-imingi pekerjaan yang nyaman dengan upah yang besar.
"Kasus ini ibarat gunung es, tidak menutup kemungkinan jumlahnya akan lebih banyak lagi, karena harus diakui banyak korban yang tidak melaporkan kasus yang menimpanya baik ke kepolisian maupun intansi terkait," tambahnya.
Fitriana mengatakan pihaknya mendapatkan data tersebut yang merupakan hasil dari koordinasi dengan beberapa pihak seperti Kementerian Luar Negeri, Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) dan lain-lain.
IOM di sini mempunyai peranan untuk memberikan pedampingan kepada para korban seperti pemulangan, terapi kejiwaan hingga memperbaiki masalah sosial si korban.
"Tidak menutup kemungkinan jumlah korban perdagangan manusia di Indonesia akan semakin banyak, jika masalah sosial khususnya ekonomi dan pendidikan tidak ada perubahan," katanya.
Pewarta: Aditya A Rohman
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016