"KBRI menerima informasi dari APMM, kemudian kapal tersebut ditarik ke Pangkalan APMM Kemaman," kata Koordinator Fungsi Penerangan Sosial Budaya KBRI Kuala Lumpur Trigustono Suprayitno di Kuala Lumpur, Selasa.
Setelah berkoordinasi lebih lanjut, Satuan Tugas Perlindungan WNI (Satgas PWNI) KBRI Kuala Lumpur mendatangi APMM DM9 Kuantan Terengganu untuk meminta akses kekonsuleran bertemu dengan tiga nelayan Indonesia yang berada dalam kapal yang ditarik oleh APMM tersebut.
"Satgas PWNI menemui pegawai APMM Shahril dan Zhairee, yang kemudian memberikan akses untuk bertemu dengan ketiga nelayan bernama Yuhana (nakhoda), Jairianto, dan Ardiva. Para nelayan tersebut pada saat ditemui dalam keadaan sehat," katanya.
Dalam pertemuan dengan para nelayan tersebut, ujar dia, Satgas PWNI memfasilitasi komunikasi para nelayan dengan pemilik kapal atas nama Arian di Natuna dan menjajaki kemungkinan perbaikan kapal.
"Diputuskan kapal akan diperbaiki di Dungun, Malaysia dengan pembiayaan dari pemilik kapal. Perbaikan diperkirakan selesai dalam waktu empat hingga lima hari dengan biaya sekitar RM5.000," katanya.
Untuk perbaikan kapal dan izin tinggal selama kapal diperbaiki, ujar dia, Satgas PWNI KBRI Kuala Lumpur berkoordinasi dengan APMM.
"Para nelayan selanjutnya mendapatkan akses untuk memperbaiki kapal tersebut di bengkel setempat dan diperkenankan untuk menginap di markas APMM selama kapal dalam perbaikan," katanya.
Satgas juga telah memberikan bantuan makanan, pakaian, dan uang RM300 sebagai dukungan logistik selama para nelayan tersebut menunggu kapal selesai diperbaiki.
"Satgas akan terus memantau perbaikan kapal tersebut. Bila kapal telah selesai diperbaiki, kapal beserta nelayan akan berlayar kembali menuju Indonesia dengan dikawal oleh APMM hingga batas wilayah Malaysia," katanya.
Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016