Bondowoso (ANTARA News) - Jamur langka yang bertangkai 71, tumbuh di dapur milik H Maksum, warga Dusun Karang Asem, Desa Sekar Putih, Kecamatan Tegal Ampel, Kabupaten Bondowoso, Jatim dan kini menjadi tontonan masyarakat. Fathul Muin, kerabat H Maksum yang menunggui jamur itu di Bondowoso, Senin, menjelaskan, hingga kini tumbuhan yang dianggap berkah tersebut, masih tumbuh tangkai di bagian bawah dan tidak ada tanda-tanda segera layu. "Yang besar-besar ada 63 tangkai, tapi yang kecil-kecil baru tumbuh di bagian bawah ada delapan lagi. Tangkai yang tumbuh pertama berada di atas, sedangkan yang baru ada di bawah. Padahal biasanya tumbuhan bertangkai itu, yang baru tumbuh ada di atas," ungkap Miftahul yang pada malam hari sengaja tidur di samping jamur berwarna putih itu. Ia menjelaskan, kalau jamur biasa hanya bertahan hidup satu hari satu malam, namun jamur tersebut sudah hidup sejak satu bulan lalu dan masih tetap segar. Warga sekitar pernah mengambil sebagian jamur itu dan dijemur hingga tiga hari, namun tidak layu. Jamur yang permukaannya berdiameter sekitar 20 sentimeter itu berbentuk bulat. Warga di desa itu bisa menyebut jamur bulan. Namun yang ini agak berbeda, permukaan jamur itu terlihat rata, sedangkan jamur bulan ada "pentolan" (benjolan) di bagian tengahnya. Hingga kini, keberadaan jamur aneh yang tumbuh menembus lantai semen yang retak-retak itu, menjadi tontotan masyarakat Bondowoso dan sekitarnya. Masyarakat setempat memanfaatkannya untuk menggali dana dari pengunjung secara sukarela untuk renovasi masjid. Seorang warga menuturkan, hingga Minggu (15/4) malam, telah terkumpul dana Rp2 juta lebih dari sumbangan pengunjung dari Bondowoso dan sebagian dari Situbondo. "Mungkin ini berkah bagi masjid, karena kebetulan kami sedang memperbaiki masjid dan membutuhkan dana," ktutur seorang penjaga masjid di kampung itu. Miftahul Muin menceritakan, sebetulnya jamur itu tumbuh sudah tiga kali yang kemudian dipotong oleh H Maksum, karena tumbuh di bawah dipan di dalam dapurnya. Namun setelah itu, Maksum bermimpi di datangi oleh KH Fawaid As`ad Syamsul Arifin, putera dari gurunya, almarhum KH As`ad Syamsul Arifin dari Situbondo. "Haji Maksum kan alumni Pesantren Sukorejo, Situbondo. Saat itu ia bermimpi kedatangan Kiai Fawaid. Dalam mimpi itu Kiai Fawaid dipersilahkan duduk ditempat lain, namun tidak mau dan memilih duduk di lokasi tumbuhnya jamur ini. Karena itu, kemudian Haji Maksum tidak berani memotong jamur itu lagi," paparnya. Sementara Mat Tahir, seorang pengunjung asal Tenggarang, Bondowoso yang mengaku pernah keracunan karena memakan jamur menceritakan, kemungkinan jamur yang tumbuh di rumah H Maksum bukan jamur beracun. "Saya ini peka dengan bau jamur. Biasanya kalau jamur beracun, saya langsung pusing dengan baunya, tapi kalau yang ini saya tidak pusing. Cuma bisa dimakan atau tidak, saya tidak tahu pasti," ujarnya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007