Jakarta (ANTARA News) - Departemen Perindustrian (Deperin) bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) melatih 100 tenaga penyuluh untuk meningkatkan kinerja serta daya saing industri kecil dan menengah (IKM) di dalam negeri. "Berdasarkan pengalaman, pendamping itu penting untuk membantu mengatasi berbagai permasalahan dan kelemahan IKM," ujar Menperin, Fahmi Idris, usai membuka calon pelatihan para penyuluh di Jakarta, Senin. Pelatihan terhadap penyuluh yang akan menjadi konsultan diagnosis (Shindan shi) IKM tersebut merupakan angkatan kedua setelah tahun lalu Deperin-JICA telah meluluskan 100 penyuluh yang ditempatkan di berbagai daerah. Fahmi mengatakan, sampai saat ini banyak masalah yang dihadapi IKM di dalam negeri baik sumber daya manusianya (sdm), proses produksi, pemasaran, dan akses ke perbankan. "Kami mengharapkan tenaga penyuluh tersebut bisa menjadi jembatan antara IKM dengan bank, atau IKM dengan pemerintah," katanya. Bahkan, lanjut dia, para penyuluh tersebut juga bisa menjadi memberikan jaminan kepada pihak perbankan bahwa IKM yang dibinanya memiliki prospek yang bagus. "Perbankan kelak bisa meminta bantuan mereka (para penyuluh) mengenai perkembangan IKM di daerah tertentu yang kebetulan minta kredit," ujar Fahmi. Ia mengakui saat ini jumlah tenaga penyuluh tersebut masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah IKM yang mencapai sekitar 3,5 juta unit usaha. Oleh karena itu, menurut dia, selain akan merekrut tenaga birokrasi dari dinas perindustrian dan perdagangan di daerah, balai besar industri, balai diklat industri, dan pusat pelatihan ekspor Indonesia, pihaknya juga akan merekrut tenaga dari kalangan swasta. "Idealnya perbandingan antara penyuluh dan IKM adalah 1:10 agar efektif membantu IKM meningkatkan kinerjanya. IKM yang sudah maju sekalipun membutuhkan pendampingan untuk memperoleh gagasan baru mengenai banyak hal mulai desain, cara produksi, dan sebagainya," kata Fahmi. Ia menegaskan peningkatan kinerja dan daya saing IKM sangat penting karena sektor IKM mampu menyerap tenaga kerja yang besar dengan ekspor yang tinggi. Tahun 2006 IKM menyerap sekitar 8,5 tenaga kerja dengan kontribusi ekspor non migas sekitar 8,7miliar dolar AS. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007