Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta pada Senin sore bergerak menguat sebesar 22 poin menjadi Rp13.018 per dolar AS dibanding posisi akhir pekan lalu pada Rp13.040 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia, Rully Nova, mengatakan bahwa nilai tukar rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar AS seiring dengan aksi ambil untung sebagian pelaku pasar uang di dalam negeri.
"Faktor teknikal menjadi salah satu sentimen yang menjaga rupiah, sebagian pelaku pasar uang memanfaatkan momentum untuk ambil untung setelah sempat dolar AS mengalami penguatan," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, sentimen pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (7-day Reverse Repo Rate) menjadi 4,75 persen dari 5 persen juga masih direspon sebagian pelaku pasar uang. Kebijakan itu menjaga harapan pertumbuhan ekonomi nasional.
Kendati demikian, menurut dia, apresiasi rupiah relatif jangka pendek di tengah masih kuatnya potensi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat pada tahun ini.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa proyeksi kenaikan suku bunga The Fed pada Desember nanti masih kuat, sehingga potensi dolar AS kembali menguat masih terbuka.
"Ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed pada Desember tahun ini masih akan terus menjaga kinerja dolar AS," katanya.
Ia mengemukakan bahwa Presiden The Fed New York William Dudley dan Presiden Federal Reserve St. Louis James Bullard akan menyampaikan pidatonya. Pernyataan-pernyataan yang terkait dengan potensi kenaikan suku bunga akan memberikan dampak positif bagi dolar AS.
Menurut kurs tengah Bank Indonesia, hari ini rupiah berada pada Rp13.047, justru melemah dibanding Jumat lalu (21/10) Rp13.020.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016