Relawan Bogor Barat, Desi Supriharti di Bogor, Senin menyebutkan kemiskinan membuat Badriah kesulitan membiayai pengobatannya.
"Keluarga Badriah butuh biaya untuk pulang dan pergi ke rumah sakit," kata Desi.
Badriah merupakan anak pasangan Jaelani (49) dan Aisah (46). Sang ayah bekerja sebagai buruh serabutan. Mereka tinggal di rumah kecil berdindingkan bambu yang hanya memiliki satu kamar untuk lima jiwa.
"Badriah diketahui menderita kanker otak dan getah bening sejak 2015," katanya.
Menurut Desi, kedua mata Badriah sudah mengalami kebutaan. Ia membutuhkan penanganan dokter segera, namun terkendala biaya untuk pengobatan.
Ia mengatakan Badriah memiliki kartu Jaminan Kesehatan Nasional dari BPJS Kesehatan, namun untuk peserta mandiri, bukan penerima bantuan iuran atau PBI yang biaya ditanggung pemerintah.
"Badriah tercatat sebagai peserta mandiri, bukan PBI. Padahal mereka dari keluarga miskin, tetapi pihak desa yang mengurus BPJS membuatnya sebagai peserta mandiri," kata Desi.
Kini Badriah, bersama Relawan Bogor Barat mengupayakan adanya bantuan dana untuk biaya pengobatannya. Rencananya, gadis tersebut akan dirujuk ke RSUD Cibinong.
Desi menyebutkan, Kecamatan Tenjo berbatasan dengan Tanggerang. Akses untuk ke RSUD Cibinong yang notabenen ibu kota pemerintahan Kabupaten Bogor cukup jauh untuk ditempuh kendaraan pribadi maupun umum.
"Butuh dua jam perjalanan dari Tenjo ke Cibinong. Ke Tanggerang juga sama jauhnya, makanya kami memilih membawanya ke RSUD Cibinong," kata Desi.
Menurut Desi, wilayah Tenjo banyak ditemukan kasus keluarga miskin yang kesulitan mendapatkan perawatan kesehatan. Selain akses yang cukup jauh dari pusat pemerintahan, juga banyak keluarga yang hidup di garis kemiskinan.
"Kami kerap menemukan kasus-kasus warga miskin yang sulit mendapatkan layanan kesehatan, seperti bayi kurang gizi yang paling banyak di Tenjo," katanya.
Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016